Bisnis.com, JAKARTA - Penetapan PT Bank BRIsyariah Tbk. (BRIS) menjadi surviving entity dari penggabungan tiga bank syariah BUMN, membuat harga sahamnya menyentuh level auto reject atas (ARA) selama dua hari beruntun. Meroketnya harga saham BRIS turut membawa berkah bagi pendiri Paytren, Ustaz Yusuf Mansur (UYM).
Harga saham BRIS melesat 25 persen ke level Rp1.125 pada sesi I Selasa (13/10/2020). Hingga akhir perdagangan, total transaksi saham BRIS mencapai Rp981,06 miliar.
Pada hari berikutnya, saham BRIS kembali menguat 24,89 persen ke level Rp1.405. Berdasarkan data perdagangan BEI, nilai transaksi saham BRIS mencapai Rp357,33 miliar dan volume perdagangan 257,57 juta saham.
Kenaikan harga saham ini ternyata memberikan cuan miliaran rupiah bagi UYM yang menggenggam saham BRIS sejak IPO. UYM melakukan transaksi beli secara pribadi melalui Kopindo Berjamaah dan PT Paytren Aset Manajemen.
Berdasarkan surat konfirmasi penjatahan pasti pada 24 April 2018, Kopindo Berjamaah membeli saham BRIS sebanyak 5,09 juta lembar saham dengan harga IPO sebesar Rp510 per saham. Dari situ, nilai portofolio saham yang dimiliki ketika itu sebesar Rp2,59 miliar.
Apabila saham itu digenggam hingga kini, maka nilai pasarnya sudah mencapai Rp7,16 miliar. Dengan begitu, potensi cuan yang digenggam UYM mencapai Rp4,56 miliar.
Namun, informasi yang beredar menyebut UYM memiliki sekitar 5 persen dari saham publik. Per 30 September 2020, kepemilikan saham publik di BRIS sebesar 18,47 persen atau 1,79 miliar.
Jika benar demikian, maka nilai portofolio UYM saat IPO mencapai Rp45,76 miliar. Apabila saham itu masih digenggam hingga penutupan kemarin, maka nilai portofolionya sudah mencapai Rp126,06 miliar. Artinya, potensi cuan yang digenggam juga semakin besar yakni Rp80,30 miliar.
Sepanjang 2020, harga BRIS melambung 325,76 persen. Bahkan dalam 6 bulan terakhir, harga sahamnya meroket 616,84 persen. Harga BRIS pernah mengalami level terendah sejak IPO sebesar Rp135 pada 24 maret 2020.
Diberitakan sebelumnya, UYM mendukung rencana aksi merger bank syariah BUMN itu karena akan mendorong Indonesia memiliki bank syariah berskala besar. Secara pribadi, dirinya bakal memiliki saham bank syariah terbesar dari hasil merger dari sebelumnya hanya BRIS.
Dia menegaskan bahwa dirinya adalah investor murni, tidak ada niat untuk mengambil keuntungan sesaat seperti pemodal lain di pasar saham. "Sekali jadi investor, enggak keluar masuk memperdagangkan saham yang fluktuatif," tuturnya.
Sebagai informasi, Bank BRIsyariah telah menandatangani perjanjian penggabungan bersyarat (Conditional Merger Agreement) sehubungan dengan rencana penggabungan tiga bank syariah anak BUMN.
Penggabungan akan efektif setelah memperoleh persetujuan-persetujuan dari otoritas-otoritas yang berwenang, dan dengan memperhatikan ketentuan anggaran dasar dari masing-masing pihak serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Melalui penandatanganan perjanjian tersebut, maka proses merger resmi dimulai. Setelah penggabungan menjadi efektif, BRIsyariah akan menjadi entitas yang menerima penggabungan atau surviving entity.
Direktur Utama Bank BRIsyariah Ngatari menyampaikan perseroan sebagai satu-satunya bank umum syariah anak perusahaan BUMN yang tercatat di bursa, siap menerima amanah ini. Merger ini sangat penting bagi Indonesia yang merupakan negara dengan populasi umat muslim terbesar di dunia agar Indonesia memiliki bank syariah terbesar yang mampu bersaing secara global.
Rencana merger ini juga merupakan bagian dari Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI) yang dicanangkan pemerintah untuk memperkuat ekonomi nasional.
"Kami berharap bank syariah yang lahir dari proses ini bisa menjadi salah satu mesin utama dalam menggerakkan roda ekonomi umat di Indonesia. Kami mohon doa dan dukungan seluruh masyarakat agar proses ini dapat dituntaskan dengan baik," ujarnya dalam keterangan resmi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel