Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah tingginya tekanan pinjaman bermasalah, penyelenggara teknologi finansial peer-to-peer lending (fintech lending) perlu lebih menggencarkan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendorong penetrasi ke segmen UMKM sekaligus menjaga kualitas pinjaman.
OJK mencatat tingkat kredit bermasalah atau wanprestasi pengembalian pinjaman 90 hari (TWP90) fintech lending terus melejit sejak pandemi Covid-19. Pada Februari 2020 angkanya masih berkisar 3,92 persen, per Agustus lalu tingkat TWP90 dari 157 penyelenggara fintech lending rata-rata telah mencapai 8,88 persen.
Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) sekaligus Co-Founder & CEO Investree Adrian Gunadi mengungkap hal ini dalam diskusi virtual bersama Pefindo Biro Kredit, Kamis (15/10/2020).
Adrian menjelaskan, platform-platform fintech lending mulai sadar bahwa credit scoring internal yang hebat pun belum cukup dalam menghadapi kondisi era pandemi. Menurutnya, dalam kondisi seperti saat ini ini keinginan ekspansi penyaluran pinjaman dari P2P lending mesti diseimbangkan dengan penjagaan kualitas agar terhindar dari potensi risiko pengembalian macet.
Karena itu, dia menilai dengan upaya kolaborasi dan penyediaan data usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dari ekosistem semacam e-commerce atau lembaga pengadaan pemerintah, akan membuat penetrasi kepada UMKM menjadi lebih komprehensif.
Apalagi, dua ekosistem tersebut belakangan ini cukup memberikan ruang bagi UMKM baru. Seperti diketahui, e-commerce tak memiliki batas dalam menerima para penjual online. Begitu juga lembaga pengadaan pemerintah tengah gencar membuka pintu bagi para UMKM sebagai upaya penyaluran anggaran pemerintah secara langsung.
"Kami akan melakukan koneksi kepada ekosistem tersebut demi akses kepada UMKM di dalamnya. Karena dari digitalisasi ini muncul digital footprint, dari sana barulah kita bisa melakukan credit assesmen," jelas Adrian.
Adrian mencontohkan Investree bekerja sama dengan beberapa ekosistem seperti fintech payment Midtrans, e-commerce Bukalapak, jasa logistik SiCepat dan Kargo, hingga platform sektoral seperti eFishery dan Fabelio.
"Dari sana kita melihat populasi UMKM yang cukup banyak dan digitalized. Jadi dengan kolaborasi ini, harapannya bisa menghasilkan ide, mana yang bisa kita support, mana yang belum digitalized sehingga kita bisa ikut bantu digitalisasi," tambahnya.
Kolaborasi seperti itu, kata dia, bukan hanya sanggup memperluas jangkauan kepada lebih banyak UMKM, namun juga demi menjaga kualitas pinjaman yang lebih sehat.
"Repayment kita bisa secure, karena jangan sampai demand meningkat tapi collection kita berantakan. Maka kolaborasi ini penting, karena dari ekosistem itu ada jaminan yang bisa memperkuat collection kita, bahkan [collection] bisa dilakukan lewat ekosistem itu," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel