Konten Premium

Surplus Neraca Dagang Dalam Bayang Resesi, Harus Ada Stimulus Baru?

Bisnis.com,15 Okt 2020, 18:50 WIB
Penulis: Asteria Desi Kartika Sari
Ilustrasi - Presiden Joko Widodo, dan Presiden Director PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Cahyono pada acara peluncurkan ekspor mobil Toyota di Jakarta. /TMMIN

Bisnis.com, JAKARTA - Tren surplus neraca perdagangan per September 2020 dinilai belum cukup menjadi sinyal positif pemulihan ekonomi Indonesia akibat pandemi virus corona atau Covid-19. Realitas hari ini, jurang resesi semakin nyata.

Badan Pusat Statistik mencatatkan sepanjang Januari-September 2020, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan sebesar US$13,51 miliar. Sedangkan khusus September, kocek neraca dagang bertambah US$2,4 miliar.

Capaian surplus ini lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada 2019 neraca perdagangan Indonesia berada dalam posisi defisit. Rekor September ini sekaligus surplus dalam 5 bulan berturut-turut. Neraca berada di jalur hijau terhitung sejak Mei 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

  Konten Premium

Anda sedang membaca Konten Premium

Silakan daftar GRATIS atau LOGIN untuk melanjutkan membaca artikel ini.

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini