Bisnis.com, JAKARTA - PEFINDO Biro Kredit-IdScore mengungkapkan bahwa pandemi telah memengaruhi kemampuan membayar debitur yang menyebabkan terjadinya perubahan profil risiko debitur dan peningkatan rasio non performing loan (NPL).
Yohanes Arts Abimanyu, Direktur Utama PEFINDO Biro Kredit-IdScore, menyebutkan data kelolaan yang diamati pihaknya menunjukkan nilai portofolio kredit anggota (dari kalangan Bank Umum, BPD, BPR dan perusahaan pembiayaan) pada Agustus 2020 tercatat Rp3.335 trilun atau turun 17% dibandingkan dengan Februari yang saat itu nilainya Rp4.010 triliun.
Sementara itu, nilai total portofolio kredit total (anggota dan non-anggota) per Agustus 2020 tercatat Rp6.033 triliun atau mengalami persentase penurunan 12% dibandingkan dengan posisi Februari.
"Walaupun demikian, nilai portofolio kredit tersebut boleh dibilang relatif terjaga dan stabil selama masa pandemi terhitung sejak Maret di mana rata-rata portfolio bulanan anggota tercatat di level Rp3.347 triliun dan total sebesar Rp6.145 triliun,” jelas Abimanyu dalan siaran pers, Kamis (15/10/2020).
Ditinjau dari sisi NPL, data menunjukkan bahwa tingkat NPL anggota PEFINDO Biro Kredit pada Agustus 2020 tercatat 3,81% atau naik dibanding Februari yang sebesar 2,81%. Sementara itu, tingkat NPL total (anggota dan non-anggota) per Agustus tercatat 4,08% dibanding posisi Februari yang sebesar 2,81%.
Abimanyu menambahkan bahwa pandemi juga mengakibatkan berkurangnya kemampuan sebagian debitur yang tercermin dari perubahan sebaran risk grade berupa peningkatan persentase debitur high risk dan very high risk dan penurunan persentase debitur kategori very low, low dan average risk.
Total persentase risiko debitur high dan very high masih tergolong tinggi dengan rata-rata di atas 40% dan terus meningkat terutama sejak Maret. Pada Juli, persentase total kategori ini bahkan mencapai 45,2% atau meningkat 3,2% dibandingkan Desember 2019 yang sebesar 41,2%.
Kondisi saat ini menuntut lembaga keuangan untuk mengedepankan pengelolaan risiko dan memanfaatkan semua jenis informasi dan data secara optimal, agar risiko dapat termonitor guna mengejar pertumbuhan usaha yang sehat dan berkelanjutan.
"Kami berkomitmen mendukung penerapan manajemen risiko terukur melalui penyediaan produk credit scoring sekaligus mendukung inklusi keuangan melalui perluasan akses pembiayaan ke seluruh lapisan masyarakat,” demikian Abimanyu menutup keterangannya.
Dia berpendapat perekonomian tahun depan berpeluang kembali positif meski pemulihan akan terjadi secara terbatas. Ketersediaan vaksin merupakan faktor kunci dalam percepatan pulihnya aktivitas ekonomi.
Sementara itu, perbaikan sisi permintaan yang didukung oleh penyaluran kredit secara prudent dan kecukupan manajemen risiko merupakan syarat utama upaya menggerakkan kembali roda perekenomian sekaligus perbaikan pertumbuhan ekonomi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel