Industri TPT Minta Pemerintah Lebih Fokus Ungkit Daya Saing

Bisnis.com,19 Okt 2020, 17:44 WIB
Penulis: Ipak Ayu H Nurcaya
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (tengah) didampingi Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Muhammad Khayam (kiri) serta Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Dody Widodo (keuda kiri) memperhatikan pakaian produksi PT Daehan Global di Brebes (29/5/2020). Istimewa/Kemenperin

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) meminta pemerintan lebih fokus dalam meningkatkan kualitas baik secara manufaktur dan sumber daya manusia (SDM) guna mendorong daya saing dalam negeri.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil Rakhman mengatakan setelah safeguard yang sifatnya sementara pemerintah perlu kembali meracik formula yang lebih menggairahkan daya saing industri TPT dalam negeri.

Sejumlah kebijakan yang masih harus terus dikembangkan yakni skema yang mendukung pabrikan dengan pemberian harga energi, kebijakan lingkungan, peningkatan kualitas mesin, serta fasilitas penelitian dan pengembangan.

"Akhirnya tentu untuk mendapat harga yang bersaing. Dalam setahun pemerintahan Presiden Jokowi periode II ini juga penting memperbaiki surplus devisa yang terus turun kemarin dari US$5 miliar jadi US$3,2 miliar," katanya kepada Bisnis, Senin (19/10/2020).

Rizal menyebut salah satu sebab tentu karena perfomance manufaktur yang melemah dan besarnya impor. Untuk itu, menghidupkan ekosistem pasar dalam negeri sangat penting dalam upaya di atas.

Apalagi, industri TPT saat ini melibatkan jutaan hajat hidup masyarakat. Untuk itu sudah sepantasnya meningkatkan kualitas industri sangat diperlukan agar tidak ketinggalan dengan negara lain.

Sisi lain, Rizal memiliki harapan besar akan peningkatan investasi terkait telah disahkannya UU omnibus law Cipta Kerja. Pasalnya dari catatan BKPM tren investasi TPT sejauh ini hanya meningkat sedikit dan tidak signifikan.

"Meski kami kira efektifitas dari hasil UU ini akan terjadi pada akhir tahun depan mengingat sekarang PP belum dirilis dan pandemi masih berlangsung," ujar Rizal.

Sementara itu, tak hanya investasi industri dalam negeri pun diharapkan lebih bergairah dalam melakukan ekspansi.

Rizal menilai sejauh ini kebanyakan pabrikan lebih menerapkan strategi relokasi. Tren relokasi saat ini pun menyasar Jawa Tengah mengingat daerahnya menawarkan upah yang murah.

Menurut Rizal, dalam waktu terakhir setidaknya ada lima pabrikan yang melakukan relokasi di sejumlah daerah di Jawa Tengah antara lain Boyolali, Brebes, Ungaran, dan lainnya.

"Saya kira akan lebih banyak yang pindah mengingat biaya yang ditawarkan di Jawa Tengah lebih efisien dan infrastruktur yang baik ke pelabuhan dibandingkan jika dari Jawa Barat harus ke Tanjung Priuk," kata Rizal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini