Pasca Merger, Saham Publik BRIS Sisa 4 Persen. Apa Dampaknya ke Investor Ritel?

Bisnis.com,21 Okt 2020, 13:30 WIB
Penulis: Azizah Nur Alfi
Karyawan beraktivitas di salah satu kantor cabang BRI Syariah di Jakarta, Rabu (29/7/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Kepemilikan saham masyarakat di PT Bank BRIsyariah Tbk. (BRIS) akan terdilusi menjadi 4,4% setelah proses penggabungan bank syariah BUMN, dari semula mencapai 18,47% sebelum merger. Lantas, bagaimana dampaknya ke investor ritel?

Analis Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi menilai efek dilusi kepemilikan saham BRI Syariah tidak signifikan berpengaruh terhadap investor ritel. Sebaliknya, dilusi kepemilikan saham setelah merger akan berdampak negatif pada institusi lokal.

Sebelum merger struktur pemegang saham BRIS yakni 73% digenggam PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Sedangkan, 27% sisanya digenggam oleh publik, yakni DPLK BRI-Saham Syariah dan masyarakat.

Jika berdasarkan kepemilikan saham di bawah 5%, pemegang sahamnya didominasi oleh yayasan sekitar 4,46%. Dan berdasarkan klasifikasinya lebih banyak dari institusi lokal.

Dengan demikian, lanjutnya, dilusi ini akan berdampak negatif terhadap institusi lokal yang hampir 94% memiliki saham publik BRIS sebesar 27% sebelum merger. Sementara bagi investor ritel dinilai tidak begitu berpengaruh.

"Untuk investor ritel tidak begitu berpengaruh. Yang berpengaruh itu kalau saya lihat dari laporan keuangan 2019, banyak dari institusi lokal seperti yayasan, reksadana, ini yang memiliki persentase kepemilikan saham publiknya besar. Itu yang akan terpengaruh dari dilusi ini," katanya dihubungi pada Rabu (21/10/2020).

Meski secara persentase kepemilikan berkurang, tetapi dari segi nilai perusahaan akan bertambah. Sebab, aset bank syariah hasil merger digadang-gadang masuk dalam Top 10 bank syariah terbesar dunia.

Pada hari ini, PT Bank BRIsyariah Tbk., PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah, mempublikasikan ringkasan rancangan penggabungan usaha. Total aset dari bank hasil penggabungan akan mencapai Rp214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp20,4 triliun.

Dengan demikian bank hasil penggabungan akan masuk ke dalam Top 10 bank terbesar di Indonesia dari sisi aset dan Top 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar. Adapun, tanggal efektif penggabungan diperkirakan pada 1 Februari 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini