Fitch Ratings Turunkan Peringkat Wijaya Karya (WIKA) Menjadi A-

Bisnis.com,22 Okt 2020, 14:12 WIB
Penulis: Dwi Nicken Tari
GEDUNG BUMN WIJAYA KARYA. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga pemeringkat  Fitch Ratings menurunkan peringkat kredit jangka panjang nasional milik PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. menjadi A menjadi A- 

Secara bersamaan, Fitch Ratings juga menegaskan peringkat BB- untuk peringkat surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh  Wijaya Karya. 

Analis Fitch Ratings Kah Ling Chan menuliskan dalam laporan terbarunya bahwa outlook kredit emiten berkode saham WIKA tersebut ditetapkan negatif.

Perubahan peringkat menjadi A- seiring dengan peninjauan Fitch terhadap relasi WIKA dengan pemerintah. Untuk diketahui, pemegang saham pengendali WIKA adalah Negara Republik Indonesia dengan porsi 65 persen.

“Kami merevisi bagian kekuatan dan insentif dari pemerintah untuk menyediakan dukungan [kepada WIKA]. Kami yakin dukungan pemerintah, walau berlanjut, tidak dapat mempertahankan profil kredit WIKA pada masa pandemi,” tulis Chan seperti dikutip, Kamis (22/10/2020).

Sebagaimana diketahui, pada 2016 WIKA mendapat penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp4 triliun. Sejak saat itu, WIKA tidak pernah lagi mendapat PMN dan mengandalkan pendanaan eksternal, termasuk pinjaman dari bank BUMN.

Fitch Ratings melihat potensi default WIKA akan memberikan dampak moderat terhadap pendanaan untuk perusahaan BUMN lainnya. Adapun, WIKA termasuk emiten pelat merah yang memiliki tingkat utang tinggi dan eksposurnya menyentuh investor domestik dan global.

Lebih lanjut, outlook negatif yang diberikan mencerminkan risiko gangguan pandemi terhadap operasional WIKA. Fitch Ratings memperkirakan utang bersih yang terhitung dalam Earnings Before Interest Tax Depreciation Amortization (EBITDA) perseroan sebesar 14 kali pada 2020 sebelum pulih ke bawah 6 kali pada 2022.

Pada tahun ini, Fitch Ratings memperkirakan WIKA hanya mampu memenangkan kontrak baru sekitar Rp17 triliun dan naik menjadi Rp35 triliun pada tahun depan. Keduanya lebih rendah dibandingkan realisasi pada 2019 yang senilai Rp41 triliun.

“Kemampuan mengurangi utang akan sangat bergantung dengan perkembangan pandemi,” tulis Chan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini