Bisnis.com, JAKARTA - Saham PT Bank BRI Syariah Tbk. (BRIS) menguat pada perdagangan Senin (26/10/2020) seiring dengan sentimen lonjakan laba bersih.
Pada Senin (26/10/2020), saham BRIS sebetulnya dibuka di zona merah pada level Rp1.195. Namun, hingga pukul 09.14 WIB, saham BRIS mampu naik 2,89 persen atau 35 poin menuju Rp1.245. Sepanjang pagi ini, saham BRIS bergerak di rentang Rp1.195 - Rp1.305.
Total transaksi saham BRIS mencapai Rp96,91 miliar. Kapitalisasi pasarnya Rp12,1 triliun.
Kendati menguat, saham BRIS masih belum mencapai posisi tertingginya pada pekan lalu di level Rp1.500.
BRIS membukukan kenaikan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik sebesar 238 persen pada kuartal III/2020 dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/yoy) dari Rp56,46 miliar menjadi Rp190,58 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan pada Harian Bisnis Indonesia, Senin (26/10/2020), perolehan laba BRI Syariah tersebut ditopang oleh kenaikan pendapatan setelah distribusi bagi hasil 39,63 persen yoy pada kuartal III/2020 menjadi Rp2,17 triliun.
Selain itu, BRI Syariah juga mencatatkan adanya kenaikan beban operasional pada kuartal III/2020 sebesar 25,81 persen yoy menjadi Rp1,84 triliun.
Selama kuartal III/2020, BRI Syariah menyalurkan piutang senilai Rp23,93 triliun, naik 71,06 persen dibandingkan posisi akhir tahun lalu (year to date/YTD). Penyaluran pembiayaan bagi hasil juga mengalami kenaikan pada kuartal III/2020 sebesar 29,12 persen ytd menjadi Rp15,23 triliun.
Secara keseluruhan, pembiayaan yang disalurkan emiten dengan kode saham BRIS ini per September 2020 senilai Rp40 triliun, tumbuh 47 persen ytd dari Rp27 triliun pada akhir tahun lalu.
Saham BRIS sebelumnya melesat kencang seiring dengan sentimen merger bank syariah BUMN. Namun, rencana merger BRI Syariah dengan Bank Syariah Mandiri (BSM) dan BNI Syariah memang akan menggerus porsi saham investor eksisting, sehingga saham BRIS kembali melesu.
Hal ini terjadi karena skema merger menggunakan mekanisme konversi saham BSM dan BNI Syariah menjadi saham BRIS. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) selaku induk BRIS, kepemilikan sahamnya tergerus dari 73 persen menjadi 17,4 persen.
Investor publik juga harap-harap cemas karena porsi saham turun dari 18,47 persen ke 4,4 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel