7 Sektor Terkoreksi, IHSG Terpeleset di Zona Merah

Bisnis.com,27 Okt 2020, 15:22 WIB
Penulis: Lorenzo Anugrah Mahardhika
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/9/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan mengakhiri perdagangan hari ini, Selasa (27/10/2020), di zona merah.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,31 persen atau 15,82 poin ke level 5.128,22 setelah bergerak di kisaran 5.110,62-5.155,57.

Indeks sempat dibuka di zona merah dengan pelemahan 0,2 persen dan bergerak fluktuatif hingga akhir sesi I. Pada sesi II, indeks tidak mampu kembali menguat dan terus tertekan di zona merah hingga akhir perdagangan.

Sebanyak 176 saham ditutup menguat, 232 saham melemah, sedangkan 298 saham lainnya stagnan.

Saham Pollux Properti Indonesia Tbk (POLL) yang ditutup 6,95 persen menjadi penekan utama terhadap pelemahan indeks, disusul saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang ditutup melemah 0,43 persen.

Di sisi lain, saham Bank Rakyat Indonesia Tbk (Persero) (BBRI) yang ditutup menguat 0,6 persen menahan pelemahan IHSG lebih lanjut.

Sebanyak 7 dari 10 indeks sektoral berakhir di zona merah, dipimpin oleh sektor properti yang melemah 0,85 persen dan industri dasar yang terkoreksi 0,77 persen.

Tiga sektor lainnya menguat, dipimpin oleh sektor pertanian yang ditutup menguat 1,01 persen.

Pelemahan IHSG sejalan dengan bursa saham Asia yang terseret ke zona merah akibat kekhawatiran terhadap peningkatan infeksi virus corona serta redupnya prospek stimulus fiskal dari Amerika Serikat sebelum pemilihan presiden.

Dilansir dari Bloomberg, indeks Kospi Korea Selatan ditutup di zona merah setelah turun 0,8 persen. Koreksi terbesar di wilayah Asia terjadi pada indeks S&P/ASX 200 Australia yang anjlok 1,7 persen.

Sementara itu, indeks Hang Seng Hong Kong dan Topix Jepang turut mencatatkan rapor negatif dengan koreksi masing-masing sebesar 0,8 persen dan 0,1 persen.

Investor tetap fokus pada prospek kesepakatan stimulus AS, bahkan ketika waktu habis untuk menyelesaikan paket bantuan sebelum Pilpres pada 3 November.

Di sisi lain, infeksi virus di AS telah mencapai rekor dalam beberapa hari terakhir. Eropa mengambil langkah lebih dekat ke aturan ketat yang diberlakukan selama gelombang awal pandemi. Para pejabat berjuang untuk mendapatkan kembali kendali atas penyebaran sambil menghadapi oposisi yang semakin besar terhadap pembatasan.

Chief Asia Market Strategist di JPMorgan Asset Management mengatakan, para investor sebaiknya menunggu kejelasan hasil pemilihan presiden Amerika Serikat. Pasalnya, potensi optimisme pasar terkait kejelasan stimulus dapat berkurang mendekati hari pemilihan presiden.

“Kenaikan angka kasus positif virus corona di AS dan Eropa juga mempengaruhi sentimen pasar,” ujarnya.

Di Washington, Pelosi dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin kembali berusaha untuk mendamaikan perbedaan pada paket bantuan virus. Perbedaan antara kedua belah pihak "telah menyempit," tetapi "semakin menyempit, semakin banyak kondisi yang muncul di sisi lain," kata penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow kepada wartawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini