Bisnis.com, JAKARTA - Survei MarkPlus Inc. terhadap para nasabah industri pembiayaan atau multifinance mengungkapkan kabar gembira di tengah pandemi, sebab membuktikan bahwa keinginan debitur mengambil kredit baru ternyata mulai tumbuh lagi.
Zaneta Azzahra Izdihar, Business Analyst MarkPlus, menjelaskan bahwa dalam prasurvei kepada 109 responden ini, 51 persen responden mengaku memiliki keinginan meminjam selama pandemi Covid-19.
Profil responden yang 42 persen berada di Jabodetabek dan 58 persen berada di luar Jabodetabek ini mengungkap bahwa 24 persen merupakan debitur aktif selama pandemi, sedangkan 25 persen sisanya mengaku sebagai debitur aktif sebelum pandemi datang.
Sebanyak 42 persen dari responden merupakan nasabah atau calon nasabah yang tertarik pada kredit tanpa agunan, berjenis dana tunai, atau tertarik pada platform pendanaan bersama atau peer-to-peer lending.
Posisi kedua ditempati para nasabah atau calon nasabah yang berminat mengambil kredit motor (23 persen), disusul kredit mobil (19 persen), gadai (19 persen), barang elektronik dan rumah tangga (18 persen), serta terkait properti (17 persen).
Survei menjelaskan bahwa kebanyakan responden memang mengalami penurunan pendapatan bulanan sebesar 11-30 persen (23 persen) dan turun 31-51 persen (20 persen).
Hanya 7 persen responden yang mengaku pendapatannya meningkat selama pandemi dan 14 persen yang pendapatannya tetap sama saja. "Walaupun terjadi penurunan pendapatan, namun mayoritas optimistis pendapatannya meningkat di tahun depan," ujar Zaneta, Selasa (27/10/2020).
Sebanyak 28 persen responden percaya nominal pendapatannya selepas pandemi kembali seperti semula. Bahkan, 39 persen optimistis pendapatannya bakal meningkat daripada sebelum pandemi.
"Kita bisa simpulkan bahwa walaupun ada penurunan, mayoritas responden masih optimis terhadap pendapatannya di tahun depan, sehingga multifinance juga harus optimis untuk menawarkan produk yang menarik. Karena bisa diasumsikan debitur yang tertarik yakin bisa membayarkan angsuran kredit dengan tepat waktu," tambahnya.
Pilihan kapan waktu yang tepat untuk mengambil kredit di era new normal dari para responden didominasi pada kuartal I/2021 (37 persen), disusul pada kuartal IV/2020 (31 persen), dan kuartal IV/2021 (16 persen). Jenis prioritas kredit yang ingin diambil dalam masa pandemi, yaitu konsumsi pribadi (54 persen), disusul modal usaha (37 persen).
Menariknya, keinginan kredit di masa depan atau selepas pandemi berakhir justru didominasi kredit modal usaha (47 persen), pinjaman pengelolaan dana darurat (30 persen), dan pendidikan anak (24 persen). "Untuk key driver sebagai pendorong responden mengajukan pinjaman, ada lima kuncinya. Pertama, 73 persen memperhatikan suku bunga terjangkau, kemudian ada fleksibilitas opsi angsuran 52 persen," ungkapnya.
Key driver ketiga yang dipilih 47 persen responden, yaitu terdapat pilihan mengajukan relaksasi, disusul adanya promosi (40 persen), dan memilih perusahaan yang memiliki platform digital (23 persen).
MarkPlus juga mengungkap adanya ekspektasi para responden terhadap layanan pembiayaan. Sebanyak 60 persen mengaku menginginkan adanya informasi lengkap terkait fasilitas di website atau mobile app perusahaan. "Selain itu, mereka menginginkan adanya fitur status proses pinjaman dan status pinjaman. Ada pula yang mengharapkan pengajuan online, dan terakhir ingin mendapatkan info promosi yang jelas," tambah Zaneta.
Hal ini menilik mayoritas responden lebih memilih website resmi perusahan (39 persen) sebagai sumber informasi terkait keputusan mengambil kredit. Persentase ini seimbang dengan pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman dan cerita teman atau keluarga, baru disusul info dari kantor cabang resmi (32 persen) dan pemasaran dari staf (26 persen). Terakhir, mayoritas responden menyukai pemasaran berupa promosi, disusul prosedur pengajuan kredit selama pandemi, dan terakhir info terkait pameran diskon.
Pada akhirnya, Zaneta menjelaskan bahwa survei ini membuktikan bahwa digitalisasi merupakan kunci. Dari mulai potensi pengajuan kredit secara online, serta adanya pengalaman click-brick. Di mana debitur tetap mengharapkan kombinasi antara akses digital dan pelayanan fisik secara seimbang dengan muatan informasi yang tepat sasaran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel