Rasio Kredit Bermasalah Naik, Begini Strategi Bank Permata (BNLI)

Bisnis.com,28 Okt 2020, 14:50 WIB
Penulis: Azizah Nur Alfi
Nasabah melakukan transaksi perbankan melalui anjungan tunai mandiri Bank Permata di Jakarta, Rabu (12/2/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah masa pandemi, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) PT Bank Permata Tbk. mengalami kenaikan.

Rasio NPL gross perseroan tercatat meningkat ke level 3,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,3 persen. Sementara rasio NPL net tercatat sebesar 1,5 persen, naik dari 1,2 persen pada September 2019.

Ridha D.M. Wirakusumah, Direktur Utama Bank Permata, mengatakan rasio NPL perseroan masih dapat dikelola dengan baik di level yang aman di tengah penurunan kualitas aset di industri perbankan Indonesia.

"Kami melakukan upaya berkelanjutan untuk perbaikan NPL melalui restrukturisasi kredit bermasalah, penghapusan kredit, penjualan kredit NPL dan pertumbuhan kredit good book," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (28/10/2020).

Sejalan dengan prinsip kehati-hatian dalam menghadapi dampak Covid-19, sampai dengan kuartal III 2020 ini, Bank Permata telah mengalokasikan biaya pencadangan penurunan kualitas aset yang cukup signifikan senilai Rp1,86 triliun.

Nilai pencadangan tersebut telah memperhitungkan potensi peningkatan kerugian kredit sebagai akibat dari perlambatan pertumbuhan perekonomian yang berdampak pada profil risiko portofolio kredit.

Adapun, sepanjang 9 bulan tahun ini, emiten dengan kode saham BNLI tersebut membukukan laba senilai bersih sebesar Rp429,76 miliar per 30 September 2020. Perolehan itu anjlok 60,67 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,09 triliun.

Pendapatan bunga turun 2,54 persen menjadi Rp8,43 triliun. Namun beban bunga juga dapat ditekan 13,73 persen secara yoy menjadi Rp3,77 triliun, sehingga pendapatan bunga bersih masih tumbuh 8,39 persen yoy menjadi Rp4,65 triliun.

Sementara beban operasional selain bunga bersih melonjak 35,69 persen yoy, dari Rp2,83 triliun per September 2019 menjadi Rp3,84 trilun per September 2020. Dari sini, laba operasional pun anjlok dari Rp1,45 triliun menjadi Rp812,91 miliar, atau turun 78,76 persen secara yoy.

Dengan dukungan Bangkok Bank Public Company Limited (Bangkok Bank) sebagai pemegang saham pengendali yang baru, Bank Permata optimistis akan membukukan pertumbuhan bisnis secara berkesinambungan dengan permodalan yang kuat untuk menopang pertumbuhan dan pemulihan kondisi perekonomian di Indonesia pasca pandemi.

"Didukung oleh persetujuan integrasi yang diberikan oleh regulator antara Bangkok Bank Indonesia dan PermataBank pada 7 Oktober 2020 lalu. Sekaligus memberikan masa depan Bank kami bergabung dalam jajaran BUKU IV di Indonesia," imbuh Ridha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini