Pandemi Covid-19, Gimni : Produksi Minyak Curah Terendah Sejak 2015

Bisnis.com,30 Okt 2020, 07:06 WIB
Penulis: Andi M. Arief
Minyak goreng curah./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Permintaan produk oleopangan secara konsolidasi terpukul akibat pandemi Covid-19. Akan tetapi, ada anomali permintaan pada salah satu subsektor.

Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (Gimni) mendata realisasi produksi pada Januari—September konsisten berada di bawah proyeksi awal 2020. Walau pelaku industri melihat mulai ada peningkatan permintaan pada kuartal IV/2020, volume produksi sepanjang 2020 dipastikan akan berkontraksi.

"Jadi, overall tahun ini [volume produksi oleo] 9,1 persen di bawah proyeksi yang kami rencanakan pada 2020," ujar Ketua Umum Gimni Sahat Sinaga kepada Bisnis, Kamis (29/10/2020).

Pada awal 2020, Gimni menargetkan produksi oleopangan nasional dapat mencapai 7,1 juta ton. Namun, pandemi Covid-19 membuat Sahat mengubah proyeksi tersebut menjadi sekitar 6,4 juta ton hingga akhir 2020.

Sahat menyatakan bahwa pendorong utama penurunan produksi tersebut disebabkan oleh menurunnya permintaan pada minyak curah. Dengan kata lain, ucapnya, permintaan minyak untuk warung makan kecil dan pedagang kecil berkurang selama pandemi.

Sahat meramalkan produksi minyak goreng curah hingga akhir tahun akan turun sekitar 35 persen menjadi 2,1 juta ton. "[Produksi minyak goreng curah] ini terendah 5 tahun terakhir."

Adapun, besarnya penurunan tersebut membuat peningkatan di sektor lain tidak bisa membuat performa industri oleopangan tetap tumbuh positif. Pasalnya, dia memprediksi konsumsi minyak goreng oleh sektor industri melesat 47 persen hingga akhir 2020.

Dengan kata lain, ucapnya, produksi susu kental manis dan pemanis meningkat pesat. Menurutnya, peningkatan produksi tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan makanan cepat saji maupun siap saji melalui pesanan daring.

"[Produksi untuk industri pengguna naik jadi] 1,61 juta ton atau 47 persen dia naik. Jadi, menarik memang, tapi belum bisa menutup penurunan curah," ucapnya.

Di sisi lain, Sahat menilai performa industri oleopangan pada 2021 akan jauh lebih baik dari tahun ini. Pasalnya, pemerintah mulai serius menggarap penghiliran industri minyak kelapa sawit dengan menambah bea keluar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Zufrizal
Terkini