Kinerja IHSG Membaik, Reksa Dana Saham Jadi Jawara

Bisnis.com,02 Nov 2020, 20:37 WIB
Penulis: Ria Theresia Situmorang
Karyawan beraktivitas di galeri PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Selasa (6/10/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja reksa dana secara keseluruhan menunjukkan performa yang cukup cemerlang sepanjang bulan Oktober 2020.

Adapun, reksa dana saham mencatatkan imbal hasil paling tinggi dibandingkan performa reksa dana lainnya sejalan dengan penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sebulan terakhir.

Berdasarkan sumber Infovesta Utama, untuk periode 30 September hingga 30 Oktober 2020, reksa dana saham yang diilustrasikan sebagai Infovesta 90 Equity Fund Index mencatatkan kenaikan imbal hasil 4,48 persen. Kendati secara year-to-date, kinerjanya masih terkoreksi 21,01 persen.

Hal ini sejalan dengan penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode tersebut yang menguat 5,3 persen secara bulanan, kendati indeks acuan masih melemah 18,59 secara year-to-date.

Kinerja positif reksa dana saham juga diikuti oleh reksa dana campuran yang diilustrasikan sebagai Infovesta 90 Balanced Fund Index dengan kenaikan sebesar 2,98 persen sepanjang Oktober.

Bersamaan dengan itu pula, reksa dana pendapatan tetap yang diilustrasikan sebagai Infovesta 90 Fixed Income Fund Index mencatatkan imbal hasil positif 1,28 persen, dan sekaligus menjadi instrumen reksa dana dengan imbal hasil paling tinggi sebesar 6,58 persen secara year-to-date.

Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan kinerja positif reksa dana pasar saham selama bulan Oktober berhubungan erat dengan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi, pengesahan UU Cipta Kerja, dan ekspektasi pengadaan vaksin oleh pemerintah yang semakin mendekat.

Ia menilai sentimen Pilpres AS yang akan berlangsung Selasa (3/11/2020), kemungkinan besar tidak akan berpengaruh signifikan terhadap pasar saham tetapi malah lebih berpengaruh pada kinerja indeks dolar AS.

Di sisi lain, Wawan memproyeksikan kinerja reksa dana pendapatan tetap masih akan tetap prospektif dengan target imbal hasil hingga 7,5 sampai 8 persen hingga akhir tahun.

“Kinerja reksa dana pendapatan tetap pada Maret dan April sempat jatuh dalam karena PSBB dan Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia. Tapi sejak itu, terus recovery,” terangnya kepada Bisnis, Senin (2/11/2020).

Ia mengamati dengan suku bunga yang rendah saat ini, imbal hasil dari obligasi negara untuk jangka waktu 10 tahun yang mencapai 6,7 persen sebenarnya sudah cukup tinggi sehingga potensi harga obligasi terus naik masih terbuka lebar hingga tahun depan.

Wawan menilai arus dana keluar asing pada dua instrumen investasi baik saham maupun obligasi negara sebenarnya sama-sama besar. Sehingga, menjelang akhir tahun, ia memprediksi akan ada aksi window dressing yang akan dilakukan oleh investor.

“Saham itu jelas menarik terutama saham big caps yang valuasinya murah. Tapi, obligasi juga tidak kalah menarik di Indonesia terutama di tahun depan, akan sulit mendapat SUN yang yield-nya dekat ke 7 persen,” terangnya.

Dengan demikian, ia merekomendasikan pelaku pasar untuk melakukan diversifikasi investasi dengan komposisi sebesar 50 persen dana ditempatkan pada instrumen obligasi negara yang valuasinya cenderung murah dengan potensi upside yang masih besar sementara potensi downside yang hampir tidak ada secara fundamental.

“Obligasi itu bisa turun kalau suku bunga naik sementara saya melihat belum ada potensi suku bunga naik hingga tahun depan. Justru, kemungkinan, suku bunga bisa turun lagi,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini