Kinerja Berpotensi Tumbuh, Bankir Optimistis Kredit Bermasalah Bisa Ditekan

Bisnis.com,02 Nov 2020, 19:10 WIB
Penulis: Ni Putu Eka Wiratmini
Ilustrasi Bank/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Perbaikan pertumbuhan kredit dan semakin penurunan rasio kredit bermasalah masih menjadi teka-teki. Meskipun, September 2020 menunjukkan tanda-tanda perbaikan berupa kredit yang tumbuh 0,16% secara bulan setelah periode sebelumnya terus terkoreksi.

Begitu juga dengan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) yang turun dari posisi 3,22% pada Agustus 2020 menjadi 3,15% pada September 2020. OJK memproyeksi perbaikan NPL akan terjadi pada bulan berikutnya yakni Oktober 2020, meskipun tetap berada di kisaran 3%.

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengakui kondisi pandemi memang belum berakhir. Namun, penyesuaian-penyesuaian aktivitas ekonomi mulai terlihat efektif dalam beberapa bulan terakhir.

Lantaran hal tersebut, Darmawan pun menilai permintaan pembiayaan dalam bentuk kredit bank mulai muncul. Begitu juga dengan rasio NPL perbankan yang diyakini akan tetap terjaga di bawah 5% karena perpanjangan POJK 11/2020 yang mengatur restukturisasi.

"Kita optimis akan ada pertumbuhan secara positif walaupun masih tipis juga proyeksi NPL akan terjaga di bawah 5% mengingat masih diberlakukannya POJK 11/2020 yang mengatur restrukturisasi kredit," katanya kepada Bisnis, Senin (2/11/2020).

Senada, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiaatmadja juga optimistis kredit akan terus tumbuh. Bahkan, pada periode berikutnya, kredit diyakini dapat tumbuh tipis di kisaran 0,15% sampai 0,2% month to month. Seiring dengan kredit yang tumbuh, BCA pun meyakini NPL akan dapat ditekan.

Menurutnya, bank harus tetap optimistis untuk mendorong kinerja kredit tetap dapat tumbuh. Bank pun masih akan terus menyalurkan kredit baru selama demand masih ada. Hanya saja, penyaluran kredit baru hingga saat ini masih kalah dengan pelunasan. Hal itu pula yang membuat terjadinya negatif growth pada penyaluran kredit perbankan.

"Harus tetap optimis, harus beri kredit baru terus, tetapi kalau banyak yang kembalikan dan cicil kredit lamanya kan tidak bisa dilarang," sebutnya.

Dihubungi terpisah, Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengaku masih sulit memprediksi pertumbuhan kredit dan realisasi NPL ke depannya. Bank pun akan mengikuti perkembangan yang ada dengan tetap melihat setiap peluang.

"Kami mengalir aja sifatnya. Begitu peluang bisnis tumbuh pasti akan kita dukung pelaku usaha untuk bisa bangkit lagi," sebutnya.

Vaksin dan Kondisi Global Jadi Penentu 

Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah mengatakan kondisi ekonomi termasuk kinerja perbankan akan membaik apabila ada kepastian vaksin dan masyarakat semakin disiplin menaati protokol kesehatan.

Menurutnya, optimisme OJK pun terbilang wajar dan memang harus dilakukan di tengah pandemi. Optimisme tersebut mungkin terjadi apabila diikuti dengan kondisi penanggulan pandemi yang semakin membaik, jumlah kasus yang menurun, dan vaksin yang mulai ditemukan serta siap didistribusikan. Dengan demikian, pertumbuhan kredit akan kembali meningkat dan rasio NPL dapat terus ditekan.

"Sekarang kan NPL sudah terjaga, pertumbuhan kredit walaupun sangat kecil sudah ada terutama di bank-bank pemerintah," sebutnya.

Setali tiga uang, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Lando Simatupang mengungkapkan pertumbuhan ekonomi global memungkinkan optimisme OJK tersebut dapat tercapai.

Hanya saja, melihat kondisi Eropa yang mengalami lockdown kedua juga menjadi pertimbangan untuk melihat potensi pertumbuhan ekonomi ke depan. Meskipun demikian, dia meyakini, potensi permintaan produk domestik memang perlu ditingkatkan. "Cuma memang Eropa sekarang masuk lockdown kedua, untuk domestik ada potensi," katanya.

Adapun, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David Samual menilai perbaikan kinerja kredit dan NPL sudah menunjukkan perbaikan pada September 2020. Adanya penempatan dana pemerintah di Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), Bank Pembangunan Daerah (BPD), dan Bank Syariah milik BUMN memberikan peluang besar untuk kredit terus bertumbuh secara bulanan.

Apalagi, program pemulihan ekonomi nasional (PEN) sudah mulai optimal memasuki kuartal IV/2020. PEN ikut memberikan dampak pada pertumbuhan kredit perbankan.

Hanya saja, pertumbuhan kredit dan NPL ke depannya memang masih bergantung pada masalah eksternal seperti perkembangan harga komoditas, karena Indonesia banyak bergantung pertumbuhan ekonominya pada ekspor komoditas dan upaya penanganan pandemi.

David menilai, realisasi kredit pada September 2020 yang bisa tumbuh secara bulanan dengan NPL yang semakin ditekan, cukup memuaskan. Pasalnya, pada September 2020 berlaku pengetatan PSBB di Jakarta. "Artinya ada beberapa sektor yang tidak terlalu berpengaruh dan sektor masih tumbuh, restrukturisasi kredit juga berikan napas panjang bagi bank dan debitur," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini