Bisnis.com, JAKARTA - PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) masih fokus dalam mengimplementasikan assessment yang ketat terhadap calon nasabahnya.
Presiden Direktur PT CIMB Niaga Finance (CNAF) Ristiawan Suherman mengungkap bahwa inilah salah satu kunci kenapa tingkat non-performing financing (NPF) perusahaan berangsur-angsur membaik, setelah sempat terdampak pandemi Covid-19.
"Angka NPF CNAF terus mengalami perbaikan dari bulan sebelumnya [September 2020] sebesar 1,05 persen ke angka 0,86 persen di bulan Oktober 2020," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (3/11/2020).
Hal ini pun sejalan dengan data terbaru Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait industri pembiayaan, di mana NPF per September 2020 telah berada di angka 4,93 persen, atau untuk pertama kalinya berada di bawah 5 persen sejak Juni 2020 akibat dampak pandemi Covid-19.
"Ada dua hal yang mempengaruhi perbaikan ini. Pertama, dampak dari realisasi program restrukturisasi yang dilakukan oleh CNAF mengikuti arahan pemerintah sejak bulan Maret 2020. Kedua, peningkatan kualitas dari nasabah baru CNAF dampak dari pemberlakuan minimum DP 30% atau meningkat dari sebelum pandemi sebesar 10%," tambahnya.
Oleh sebab itu, berbagai macam prosedur berbasis risk based pricing seperti assessment dengan data pemerintah, Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK), serta data Biro Kredit, akan terus digelar.
Hal ini demi menganalisa behaviour dan kelayakan calon nasabah lebih baik lagi, sehingga mampu mengantisipasi nasabah gagal bayar cicilan dan menimbulkan pengembalian unit kendaraan. Ristiawan pun berharap, upaya ini bisa mendorong tingkat NPF CNAF kembali ke posisi normal pada 2019, yang sempat mencatatkan 0,68 persen saja.
"Tantangannya, di mana kalau sebelumnya kita hanya bisa melihat historical calon nasabah, ke depan industri keuangan harus punya cara juga melihat, scoring, yang bisa future looking. Karena Covid-19 ini membuat rekam jejak nasabah memiliki bias. Yang sebelum pandemi tercatat bagus, belum tentu bagus lagi di masa depan," jelasnya.
Sekadar informasi, pembiayaan CNAF hingga September 2020 telah mencapai Rp2,55 triliun. Nilai ini masih tercatat tumbuh 4,51 persen (year-on-year/yoy) dari September 2019 senilai Rp2,44 triliun, didorong membaiknya kinerja kuartal I/2020 atau sebelum pandemi melanda Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel