Aprindo : Ritel FMCG Masih Punya Prospek Positif pada 2021

Bisnis.com,04 Nov 2020, 20:45 WIB
Penulis: Iim Fathimah Timorria
Suasana lengang terlihat di salah satu pusat perbelanjaan usai adanya anjuran untuk menjaga jarak sosial dan beraktivitas dari rumah untuk mencegah penyebaran virus corona di Jakarta, Senin (23/3/2020). Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) juga memprediksi penurunan penjualan ritel kuartal pertama 2020 turun hingga 0,4 persen dibanding dengan kuartal pertama tahun lalu. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Ketua Umum Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) Fernando Repi meyakini penjualan ritel barang konsumsi bakal tetap positif pada 2021 karena didorong oleh momentum pemulihan ekonomi dan keberadaan vaksin.

“Optimisme di tengah rencana distribusi vaksin membuat prospek ritel positif, tak terkecuali untuk FMCG yang tidak terlalu terkontraksi tahun ini,” kata Fernando saat dihubungi Bisnis, Rabu (4/11/2020).

Hal ini didukung pula oleh kian beragamnya kanal penjualan yang ditawarkan peritel, baik lewat gerai maupun secara daring. Dia menyebutkan pandemi telah mengakselerasi perkembangan omnichannel yang awalnya diramal baru dilakukan 3 tahun lagi.

Meski demikian, Fernando tak memungkiri jika beragamnya kanal penjualan ini memberi tantangan tersendiri. Terlebih untuk mengimbangi kebiasaan konsumen yang cenderung membeli barang konsumsi dalam jumlah banyak dalam sekali belanja.

Untuk menyiasati biaya pengiriman, Fernando menilai hambatan tersebut akan amat tergantung pada strategi masing-masing peritel.

“Semua akan tergantung strategi masing-masing. Kami peritel sebenarnya lebih ke penyedia tempat. Oleh karena itu kolaborasi dengan vendor, pemasok, dan marketplace bisa menjadi solusi,” ujarnya.

Sebelumnya, Staf Ahli Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) dan pengamat ritel Yongky Susilo mengatakan pertumbuhan penjualan fast moving consumer goods (FMCG) pada 2021 bakal amat tergantung pada performa di general trade atau di toko tradisional.

Penjualan di segmen ini tercatat mengalami kontraksi dalam lantaran daya beli kelompok menengah ke bawah yang kehilangan daya beli.

Dengan jumlah toko mencapai 3,5 juta unit secara nasional, kontribusi penjualan FMCG di general trade menyumbang sampai 65 persen setiap tahunnya. Tetapi, dengan kontribusi yang besar itu, penjualannya justru tumbuh negatif.

Yongky mencatat pertumbuhan penjualan di toko tradisional mengalami penurunan sebesar -12 persen selama Januari-September 2020. Sementara untuk penjualan di segmen toko modern masih tumbuh sebesar 2 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini