Dana Masyarakat di Bank Kembali Naik Dua Digit per September, Ini Penyebabnya

Bisnis.com,04 Nov 2020, 08:40 WIB
Penulis: Ni Putu Eka Wiratmini
Karyawan menjawab telepon di Call Center Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Jakarta, Senin (30/12/2019). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan pada September kembali tumbuh double digit yakni sebesar 12,88% secara tahunan (year on year/yoy). Pertumbuhan DPK tersebut tertutama didorong oleh kenaikan giro seiring dengan penyaluran dana pemerintah.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan pertumbuhan DPK perbankan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit sehingga mendorong likuiditas perbankan semakin kuat. Pertumbuhan DPK sejak bulan Agustus telah mencapai double digit, berlanjut pada September tumbuh 12,88% (yoy).

Pertumbuhan DPK tersebut seiring dengan penempatan dana pemerintah ke perbankan. Berdasarkan kontribusi terhadap pertumbuhan, porsi giro meningkat signfikan dari 2&-3% menjadi sekitar 5% dalam dua bulan terakhir.

"Hal ini terlihat dengan pertumbuhan DPK pada bank BUMN dan BPD yang merupakan bank-bank penerima dana dari pemerintah," katanya belum lama ini.

Sementara itu, apabila dilihat per kelompok buku, penurunan DPK hanya terjadi pada bank umum kegiatan usaha (BUKU) I yang minus 4,95%. Sisanya, semua BUKU tercatat tumbuh di atas 9%.

Senior Faculty LPPI Moch Amin Nurdin menilai ada sejumlah alasan yang bisa menyebabkan terjadinya penurunan DPK pada bank kecil. Pertama, nasabah memindahkan dana ke bank besar yang dinilai lebih aman; Kedua, pangsa pasar bank BUKU I yang memang kecil; dan Ketiga, tidak tersedianya layanan digital pada bank BUKU I di tengah nasabah yang ingin mendapatkan layanan cepat dan simple.

Sementara itu, beberapa bank BUKU II dan BUKU III saat ini sudah memiliki layanan digital sehingga masih bisa menghimpun dana di tengah pandemi.

"Sedangkan untuk bank BUKU IV, menurut saya selain limpahan DPK dari bank-bank buku I dan II, juga karena faktor penempatan dana pemerintah," katanya.

Menurutnya, di tengah penurunan DPK, bank kecil perlu melakukan pendekatan kepada nasabah sehingga bisa menjaga likuiditas agar tetap stabil. Bank perlu melakukan pendekatan personal kepada masyarakat yang belum menggunakan layanan digital.

Selain itu, pinjaman likuditas jangka pendek (PLJP) dari Bank Indonesia bisa menjadi langkah bank untuk menjaga likuiditas.

"Perlu upaya personal approach kepada nasabah mereka terutama nasabah prima mereka, memang upaya ini agak berat," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini