BPS Catat 10 Sektor Manufaktur Alami Kontraksi, Alat Angkut Terparah

Bisnis.com,05 Nov 2020, 13:01 WIB
Penulis: Ipak Ayu H Nurcaya
Aktivitas pertambangan di wilayah operasional PT J Resources Asia Pasifik Tbk./jresource.co.id

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sumber kontraksi terdalam dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2020 yang minus 3,49 persen disumbang oleh industri pengolahan dengan minus 0,89 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan dari 17 lapangan usaha masih ada 10 yang terkontraksi, di mana sektor alat angkut mengalami kontraksi terdalam sebesar 29,98 persen.

Adapun, industri farmasi, kimia, dan obat tradisional terpantau paling positif dengan kenaikan 14,96 persen.

"Tumbuhnya industri ini karena adanya peningkatan produksi obat-obatan, vitamin dari permintaan Covid-19, juga ada peningkatan di beberapa produk kimia karena produksi hand sanitizer yang naik," katanya dalam jumpa virtual, Kamis (5/11/2020).

Secara keseluruhan pada kuartal III/2020 industri pengolahan terkontraksi 4,31 persen secara tahunan atau ada perbaikan dari kuartal II/2020 yang minus 6,19 persen.

Industri makanan dan minuman masih tercatat penurunan tetapi hanya separuh dari kuartal yang lalu yakni minus 11,86 persen. Hal itu dikarenakan masih rendahnya penyediaan akomodasi yang tercatat minus 28,03 persen karena belum pulihnya kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik.

Sementara itu, sejumlah industri yang masih kontraksi cukup dalam yakni alat angkutan minus 29,98 persen, tetapi juga mencatatkan perbaikan dari kuartal II/2020 yang minus 34,29 persen. Kontraksi ini diakibatkan penurunan produksi mobil dan sepeda motor.

Adapun, industri karet dan barang dari karet plastik masih mengalami kontraksi 9,61 persen. Selanjutnya, tekstil dan pakaian jadi terkontraksi 9,32 persen.

Dari catatan BPS, sektor konstruksi pun terpantau masih mengalami kontraksi yakni -4,52 persen secara tahunan. Kontraksi dari sektor konstruksi sejalan dengan realisasi pengadaan semen pada kuartal III/2020 yang masih turun 10,83 persen. Selain itu masih terjadi penurunan impor barang dari besi dan barang dari kaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini