IHSG 'Kebal' Resesi Naik 0,5 Persen, Saham BBRI Jadi Favorit Asing

Bisnis.com,06 Nov 2020, 11:31 WIB
Penulis: Hafiyyan
Kantor pusat Bank Rakyat Indonesia/Dok. BRI

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) melanjutkan penguatan pada perdagangan Jumat (6/11/2020) di tengah semarak bursa global yang menyambut Pilpres AS 2020.

Selain itu, meskipun Indonesia mengalami resesi ekonomi, adanya prospek pemulihan membuat pasar saham ikut menguat.

Pada pukul pukul 11.30 WIB atau akhir sesi I, IHSG naik 0,54 persen atau 28,47 poin menjadi 5.288,80. Sepanjang hari ini IHSG bergerak di rentang 5.246,7 - 5.296,27.

Terpantau 183 saham menguat, 29 saham koreksi, dan 126 saham stagnan. Investor asing tercatat net buy Rp200,05 miliar.

Sebelumnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menutup perdagangan Kamis (5/11/2020) bertengger gagah di level 5.260,32 setelah menguat 3,04 persen.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) menjadi incaran utama investor asing dengan net buy Rp147,6 miliar siang ini. Saham BBRI pun naik 1,15 persen.

Saham big caps lainnya yang menjadi incaran investor asing ialah BBCA dengan net buy Rp68,3 miliar, TLKM Rp39,5 miliar, ASII 32,5 miliar, dan BTPS Rp14,9 miliar.

Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang menyampaikan indeks Dow Jones kembali menguat cukup tajam dihari ke 4 sebesar +542.5 (+1.34%) sehingga berpotensi menjadi pendorong penguatan IHSG menuju level 5300 dalam perdagangan Jumat ini.

Di lain pihak, IHSG selama 4 hari mengalami kenaikan sebesar +132.07 poin (+2.6%) seiring sudah resminya Indonesia masuk dalam resesi dan belum jelasnya hasil pilpres di AS.

Lebih lanjut, peluang IHSG berlanjut menguat Jumat ini juga didorong oleh naiknya harga komoditas seperti Coal +1.40%, Nikel +0.99%, Timah +0.19% & CPO +1.81% sehingga berpotensi mendorong naik saham dibawah komoditas tersebut.

"Hari ini IHSG bergerak di rentang 5.215 - 5.300," paparnya.

Sementara itu, kemarin Badan Pusat Statistik mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2020 mencatatkan minus hingga 3,49 persen secara tahunan.

Artinya, dalam dua kuartal berturut-turut pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) mencatatkan pertumbuhan negatif yang menandakan resesi ekonomi. Pada kuartal II/2020 pertumbuhan ekonomi tercatat minus 5,32 persen. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini