Bisnis.com, JAKARTA - Kemenangan Joe Biden dalam Pilpres Amerika Serikat dinilai akan membawa dampak yang positif di pasar obligasi Asia, termasuk Indonesia.
Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro berpendapat derasnya aliran modal masuk ke pasar obligasi Indonesia akan memengaruhi kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia pada akhir tahun ini.
"Arus masuk asing yang besar akan membutuhkan tindakan sterilisasi Bank Indonesia," katanya, Selasa (10/11/2020).
Sejalan dengan itu, Satria mengatakan, surplus transaksi berjalan dan inflasi yang rendah, serta basis kepemilikan asing yang rendah di pasar ekuitas dan obligasi, berarti masih ada potensi penguatan rupiah dan imbal hasil obligasi 10 tahun.
Dia menjelaskan, dalam contoh risk-on dan risk-off sebelumnya pergerakan rupiah dan obligasi dapat berubah menjadi aset yang paling tidak stabil di negara berkembang, pergerakannya bisa berbalik yang dipengaruhi dengan sentimen secara tiba-tiba.
Menurutnya, untuk mengantisipasi gelombang besar masuknya arus modal asing berikutnya BI mungkin perlu melakukan tindakan yang cepat dan tegas.
Jika rupiah terapresiasi terlalu cepat, sejalan dengan kepemilikan asing di obligasi pemerintah yang diperkirakan bisa kembali ke level sebelumnya, yaitu 39-40 persen dari total yang diperdagangkan, akan mengakibatkan biaya sterilisasi yang lebih tinggi ke depannya. Hal ini akan menempatkan BI dalam posisi yang sulit.
Oleh karena itu, untuk menghindari situasi tersebut, bank sentral akan melakukan langkah stabilisasi dengan menyerap dolar Amerika Serikat yang agresif di pasar spot valas dan penjualan obligasi rupiah di pasar pendapatan tetap.
Namun, Satria mengatakan langkah-langkah ini saja tidak cukup. Langkah yang paling tepat menurutnya adalah melalui saluran suku bunga.
Karenanya, BI diperkirakan akan kembali menyesuaikan suku bunga acuan pada Rapat Dewan Gubernur BI pada November ini sebesar 50 basis poin, dari 4 persen menjadi 3,5 persen.
"Kami memperkirakan BI akan segera memberikan sinyal bahwa mereka siap untuk memberikan pelonggaran moneter yang lebih kuat," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel