Pilpes AS, Industri Alas Kaki Berharap Biden Buka Peluang Baru

Bisnis.com,10 Nov 2020, 07:20 WIB
Penulis: Ipak Ayu H Nurcaya
Aktivitas di pabrik sepatu di Tangerang, Banten. /Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Industri alas kaki berharap kemenangan Joe Biden akan membawa sejumlah peluang baru dalam mengungkit kinerja ekspor sepatu dari Tanah Air di pasar Amerika Serikat.

Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakrie mengatakan secara single country pasar ekspor sepatu Indonesia 27 persennya adalah Amerika Serikat (AS). Sementara secara kawasan ekonomi, saat ini Uni Eropa memang masih tertinggi atau 33 persen dari total ekspor.

Untuk itu, jika di bawah kepemimpinan Biden dapat kembali mengaktifkan sejumlah kerja sama bilateral tentu akan menjadi tantangan tersendiri. Pasalnya, AS memiliki Trans-Pacific Patnership (TPP) yang digagas oleh Presiden Obama dan tidak aktif ketika Presiden Trump menjabat.

"Sebenarnya ada plus minus setiap kepemimpinan. Mungkin kemarin Trump, kita diuntungkan adanya trade war tetapi harapan untuk Biden nantinya tentu dengan mengaktifkan kembali perjanjian-perjanjian regonal seperti TPT yang kala itu Presiden Jokowi sudah menyatakan akan masuk," katanya kepada Bisnis, Senin (9/11/2020).

Firman mengemukakan jika peluang peningkatan ekspor terjadi, setidaknya pasar ekspor Indonesia diharapkan akan setara dengan pesaing utama saat ini yakni Vietnam. Sejauh ini Indonesia masih tertinggal, mengingat nilai ekspor Vietnam jika ditotal tanpa AS saja sudah di level dua digit atau di atas US$10 miliar sedangkan Indonesia masih US$5 milair.

Dari sisi produksi, Firman menilai sebenarnya relatif sama antara produk Indonesia dan Vietnam. Pasalnya, para pembeli besar memiliki standar kualitas yang tidak berbeda. Namun, pada akhirnya daya saing dan efisiensi Indonesia masih kalah jika disandingkan dengan Vietnam.

Belum lagi, dalam hal perjanjian dagang Vietnam memang cukup agresif. "Seperti dengan Uni Eropa dan TPP itu Vietnam sudah dan Indonesia belum. Memang perahu kita lebih besar berbeda dengan Vietnam. Artinya ada hal-hal sulit yang mungkin menghambat berjalannya perjanjian tersebut," ujar Firman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini