Produk Pangan Baru Tumbuh di Musim Pandemi

Bisnis.com,10 Nov 2020, 20:15 WIB
Penulis: Andi M. Arief
Sunny Gold, salah satu produk makanan olahan PT Malindo Feedmill Tbk. (MAIN). Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Persetujuan registrasi produk pangan pada 2019. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) meramalkan realisasi persetujuan registrasi produk pangan hingga akhir tahun akan sama cenderung tumbuh dari realisasi tahun lalu.

Berdasarkan data BPOM. total keputusan registrasi produk pangan olahan per 2019 naik 12,29 persen menjadi 51.158 produk. Adapun, jumlah keputusan registrasi pangan olahan pada Januari-September 2020 naik 8,81 persen dari rata-rata jumlah registrasi pada Januari-September 2019 menjadi 41.749 produk.

"Selama 3 bulan sisa pada 2020 ini diproyeksikan dapat meningkatkan, bahkan melebihi, jumlah izin edar tahun 2019, jika melihat tren jumlah persetujuan per bulan selama 2020," kata Kepala BPOM Penny K. Lukito kepada Bisnis, Selasa (10/11/2020).

Penny mengatakan peningkatan registrasi produk pangan pada 2019-2020 disebabkan oleh tiga hal. Pertama, kewajiban penyesuaian label pangan olahan sesuai dengan Peraturan BPOM No. 31/2018.

Kedua, kewajiban pencantuman tabel informasi nilai gizi pada label pangan olahan sesuai Peraturan BPOM No. 22/2019. Ketiga, pengajuan promosi produk.

Adapun, Penny menilai pertumbuhan jumlah registrasi produk pangan olahan akan tetap terjadi pada tahun depan. Pasalnya, jumlah registrasi pangan olahan tetap tumbuh walau ada pandemi Covid-19 di dalam negeri.

"Prospek tahun depan usai kondisi pandemi tetap terjadi peningkatan registrasi pangan olahan," ucapnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman meramalkan pertumbuhan volume produksi industri mamin masih akan positif, tetapi sulit menyentuh target tengah 2020 di level 4 persen.

Adhi berpendapat walaupun ada lonjakan permintaan pada kuartal IV/2020 karena tanggal merah, pertumbuhan 4 persen di akhir 2020 masih sulit dicapai.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim mengatakan pandemi Covid-19 membuat pihaknya sulit untuk memberikan pembinaan pada pabrikan untuk meningkatkan produksi. Pasalnya, ujar Rochim, permintaan minuman ringan biasanya terkonsentrasi pada daerah wisata.

"Kalau makanan, orang beli [lalu] bisa bawa pulang. Kalau minuman, [umumnya] dikonsumsi langsung. Jarang minuman [dikonsumsi di rumah]," ujar Rochim.

Oleh karena itu, Rochim menilai perbaikan industri makanan akan jauh lebih cepat dari industri minuman. Menurutnya, performa industri minuman ringan belum akan kembali seperti 2019 pada tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini