Cuaca Buruk di Banyak Negara Picu Inflasi Pangan

Bisnis.com,11 Nov 2020, 15:49 WIB
Penulis: Reni Lestari
Ilustrasi ladang gandum/ Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Cuaca buruk yang mendatangkan banjir dan kekeringan merusak pasokan pangan dan membuat harga meroket.

Dilansir Bloomberg, Rabu (11/11/2020), ladang gandum di Amerika Serikat dan Rusia tengah dilanda kekeringan, demikian pula dengan kedelai di Brasil. Di Vietnam, Malaysia, dan Indonesia, hujan deras menyebabkan banjir yang mengaliri sawah dan kelapa sawit.

Hal ini selaras dengan laporan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) bahwa harga pangan global terus naik selama lima bulan berturut-turut pada Oktober, dipimpin oleh sereal, gula, susu dan minyak nabati.

Lonjakan harga gandum terutama didorong menyusutnya ketersediaan ekspor, kondisi pertumbuhan yang buruk di Argentina dan berlanjutnya cuaca kering yang memengaruhi penanaman gandum musim dingin di Eropa , Amerika Utara dan wilayah Laut Hitam.

Munculnya hambatan bagi pasokan pangan secara tiba-tiba ini adalah pukulan besar bagi ekonomi global yang tengah berjuang pulih dari pandemi. Ketika harga barang-barang pangan seperti minyak hingga gula melonjak, jutaan keluarga kelas pekerja yang telah dipaksa mengurangi pembelian makanan selama pandemi semakin terjerumus ke dalam kesulitan keuangan.

Terlebih lagi, peningkatan ini terancam mendorong indeks inflasi yang lebih luas di beberapa negara dan dapat mempersulit bankir sentral untuk terus memberikan stimulus moneter guna menopang pertumbuhan.

"Fundamental telah berubah secara dramatis sejak Mei. Cuaca sedang naik ke atas dan kami mendapati permintaan yang merosot tajam di pasar yang bullish," kata Don Roose, presiden pialang Komoditas AS di Iowa.

PBB telah memperingatkan skenario terburuk di mana sekitar sepersepuluh dari populasi dunia akan kelaparan tahun ini karena pandemi. Keadaan bisa menjadi lebih mengerikan jika harga pangan terus meningkat dan semakin banyak orang tidak mampu makan.

David Beasley, Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia, mengatakan prospeknya suram dengan mata uang turun di negara-negara pengimpor pangan, ancaman penutupan ekonomi yang lebih banyak, dan petani berjuang untuk memperluas produksi.

Rantai pasokan yang terpukul ditambahn melonjaknya pembelian telah mengerek harga pangan di banyak negara sejak awal tahun ini karena pembatasan wilayah menganggu perdagangan global. Cadangan biji-bijian yang melimpah dan panen di belahan bumi utara kemudian diterjang cuaca kering.

Ilmuwan iklim telah lama memperingatkan bahwa peningkatan pola cuaca yang tidak terduga dan ekstrem akan menjadi ancaman yang semakin besar bagi produksi tanaman dan ketahanan pangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini