Tanpa Vaksin Target Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen 2021 Sulit Dicapai

Bisnis.com,11 Nov 2020, 17:21 WIB
Penulis: Edi Suwiknyo
Sejumlah warga menunggu kedatangan Bus Transjakarta di Halte Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (14/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen./ANTARA FOTO-Aprillio Akbar

Bisnis.com, JAKARTA - Tanpa vaksin dan penerapan disiplin protokol kesehatan yang ketat, target pertumbuhan ekonomi 2021 yang dipatok sebesar 5% dinilai akan sangat sulit untuk tercapai.

Hal ini diungkapkan oleh pengajar ekonomi Universitas Diponegoro Wahyu Widodo saat menanggapi pertanyaan tentang prospek ekonomi tahun 2021 di tengah ketidakpastian yang terus terjadi.

Wahyu mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada arah penurunan Covid19 yang konsisten, sementara vaksin juga belum ada tanda-tanda ditemukan.

"Artinya, satu-satunya langkah yang bisa membantu adalah disiplin semua elemen untuk menjaga penyebaran virus," kata Wahyu saat dihubungi, Rabu (11/11/2020).

Wahyu menjelaskan bahwa berdasarkan indikator Kuartal III/2020 dan saat ini arah pembalikan ekonomi sudah terjadi. Optimisme pelaku ekonomi menunjukkan tren yang positif. Di sisi lain, adaptasi dan kondisi psikologis menghadapi covid-19 juga menunjukkan arah yang semakin baik.

Tren itu menurutnya adalah modal yang baik bagi perekonomian tahun 2021. Namun, penyelesaian pandemi Covid-19 merupakan pekerjaan rumah yang perlu dituntaskan. Selama pandemi belum teratasi, bagi Wahyu akselerasi ekonomi tidak akan bisa maksimal dan perekonomian dihadapkan pada ketidakpastian yang tinggi.

"Jika Covid-19 tetap seperti sekarang, konstan, maka kondisi perekonomian 2021 potensial membaik tetapi tidak besar, atau bahkan turun lagi jika ada gelombang ketiga Covid-19," imbuhnya.

Seperti diketahui, pemerintah saat ini memiliki tugas berat untuk memulihkan ekonomi dan merangsang kelas menengah atas untuk kembali meningkatkan konsumsi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahwa konsumsi dari rumah tangga kelas menengah atas masih terbatas karena kondisi pendemi memang belum berakhir. Padahal karakter barang konsumsi dari kelompok rumah tangga menengah atas didominasi oleh barang dan jasa yang sensitif terhadap mobilitas.

"Dengan adanya Covid-19 di mana mobilitas menjadi terbatas, maka konsumsi kelas menengah atas juga menjadi tertahan," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani menambahkan bahwa pemerintah telah berupaya untuk memperbaiki penanganan Covid-19 dan mempercepat penemuan vaksin. Pemberian vaksin menurutnya akan mampu mengembalikan tren konsumsi rumah tangga. "Sehingga perbaikan diharapkan dan diyakini akan terjadi pada kuartal IV/20220 dan seterusnya," jelasnya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga selama kuartal III/2020 terkontraksi sebesar 4,04%. Kendati masih berada di zona negarif, kinerja konsumsi rumah tangga membaik dibandingkan kuartal II/2020 yang terkontraksi sebesar 5,52%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini