IHSG Ditutup Menguat, Saham Kontraktor BUMN Menggeliat

Bisnis.com,16 Nov 2020, 15:07 WIB
Penulis: Dwi Nicken Tari & Maria Elena
U-Shape Girder merupakan pondasi struktur bangunan LRT Jabodebek dengan cetakan beton berbentuk huruf U. Untuk pertama kalinya U- Shape Girder digunakan di Indonesia dan lahir di pabrik beton pracetak milik ADHI. Teknologi ini diadopsi dari Prancis. /ADHI.Co.Id

Bisnis.com, JAKARTA - Saham sektor infrastruktur dan properti, khususnya kontraktor BUMN, menjadi pendorong utama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin (16/11/2020).

Pada akhir sesi II pukul 15.00 WIB, IHSG naik 0,62 persen atau 33,81 poin menjadi 5.494,87, setelah bergerak di rentang 5.462,46 - 5.519,67. Terpantau 263 saham menguat, 179 saham koreksi, dan 164 saham stagnan.

Saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) menguat 17,14 persen ke level Rp820 dan menjadi top gainers. Selanjutnya, saham Waskita Beton Precast Tbk. (WSBP) menguat 12,57 persen menuju Rp197,.

Selain WSBP, saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk. sebagai induk usahanya juga menanjak 8,51 persen, dan saham PT PP (Persero) Tbk. naik 7,32 persen.

Fitch Ratings menuliskan dalam laporan terbarunya bahwa performa sektor konstruksi menjadi yang paling keras terpukul pada masa pandemi tahun ini.

“Realisasi anggaran dan pemulihan sektor [konstruksi] dapat diartikan sebagai burn-rates proyek yang lebih cepat dan pembayaran menjadi tepat waktu, terutama untuk kontraktor BUMN utama,” tulis Fitch Ratings, seperti dikutip pada Senin (16/11/2020).

Adapun, Fitch Ratings meyakini kontraktor pelat merah saat ini berada pada posisi yang baik untuk memenangkan kontrak baru pada 2021 mengingat prediketnya sebagai pemimpin pangsa pasar.

Dengan demikian, kontraktor BUMN bakal mampu memperbaiki kinerja keuangan maupun operasional secara bertahap pasca pandemi.

Selain itu, kontraktor BUMN yang memiliki rekam jejak operasional yang baik juga diuntungkan dari kedekatan dengan pemerintah untuk permodalaan.

Sementara itu, meskipun ekonomi Indonesia diwarnai resesi, tren surplus neraca perdagangan Indonesia masih berlanjut pada Oktober 2020.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Oktober 2020 mengalami surplus sebesar US$3,61 miliar, lebih tinggi dari sebelumnya US$2,44 miliar pada September 2020.

Adapun, nilai ini diperoleh dari posisi nilai ekspor US$14,39 miliar, lebih tinggi dibandingkan impor yang mencapai US$10,78 miliar selama Oktober 2020.

"Ini peningkatannya cukup besar karena terjadi penurunan yang dalam di impor pada Oktober ini. Kalau diliat September lalu surplus hanya US$2,39 miliar, jadi ada peningkatan tajam," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Setianto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini