Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah bank milik konglomerat mencetak kinerja apik yang tercermin dari kenaikan laba per September 2020. Meski, ada beberapa bank yang mencatatkan penurunan.
Misalnya, laba empat bank di bawah perusahaan milik Chairul Tanjung PT Mega Corpora, kompak tumbuh tinggi. Kenaikan tertinggi dibukukan oleh PT Bank Mega Syariah yakni 109,62 persen secara year on year (yoy), diikuti PT Bank Sulteng 54,02 persen yoy, PT Bank Mega Tbk. 27,77 persen yoy, dan PT Bank Sulutgo 7,68 persen yoy.
Laba bank milik para taipan lainnya juga tumbuh tinggi seperti PT Bank Sinarmas Tbk. yang melesat 818,12 persen yoy. Lalu PT Bank Ina Perdana Tbk., yang berada di bawah Grup Salim, membukukan pertumbuhan laba sebesar 124,22 persen yoy.
PT Bank Nationalnobu Tbk., yang berada di bawah Grup Lippo milik Mochtar Riady, mencatatkan kenaikan laba sebesar 47,57 persen, sementara laba PT Bank Sahabat Sampoerna tumbuh 56,04 persen.
Adapun, bank milik konglomerat yang mengalami penurunan laba seperti BCA, Bank MNC, Bank Panin, dan Bank Mayora. Meski turun, BCA, yang merupakan bagian dari Grup Djarum, mengantongi perolehan laba terbesar di antara bank lainnya, yaitu senilai Rp20,04 triliun pada akhir September 2020.
Bank MNC yang berada di bawah MNC Grup milik Hary Tanoesoedibjo mencatatkan penurunan laba sebesar 69,83 persen yoy menjadi Rp2,70 miliar.
Laba Bank Panin secara konsolidasi turun sebesar 6,88 persen yoy menjadi Rp2,34 triliun, tetapi secara bank only masih tumbuh sebesar 5,2 persen yoy menjadi Rp2,33 triliun.Sementara itu, laba bank Mayora menyusut 47,28 persen yoy pada kuartal III/2020 menjadi senilai Rp9,80 triliun.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan secara umum bank mengalami penurunan laba hingga kuartal III/2020 karena dampak pandemi. Bank banyak melakukan restrukturisasi kredit dan lebih selektif menyalurkan kredit. Alhasil, pendapatan bunga turun, sementara biaya operasional tetap sama.
Adapun, bank milik konglomerat yang mencatatkan kinerja apik dinilai wajar karena ditopang grup usaha. Trioksa melihat bank yang memiliki grup usaha akan lebih terbantu oleh lini bisnisnya.
"Artinya mereka memiliki alternatif penyaluran kredit kepada grup usahanya sehingga lebih terkendali. Seperti Mega Corpora yang memiliki grup usaha di berbagai lini, juga dengan Sinarmas," katanya, Senin (16/11/2020).
Trioksa melihat prospek pertumbuhan laba bank milik para konglomerat tersebut masih positif sampai akhir tahun. Proyeksi ini melihat bank-bank yang mulai berani menyalurkan kredit seiring dengan ekonomi yang mulai bergeliat, serta grup usahanya yang ekspansif.
"Risiko secara umum sama [pandemi], tetapi mereka tertopang dari grup usahanya yang banyak. Selama grup ini masih kuat di dalam bisnis, maka masih positif," katanya.
Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib melalui siaran pers menjelaskan strategi menjaga profitabilitas yakni dengan fokus pada peningkatan pendapatan melalui pendapatan bunga bersih dan fee based income dan menurunkan biaya.
Di tengah kondisi perekonomian yang cukup menantang, Bank Mega tetap mencatat pertumbuhan kredit per September 2020 menjadi Rp50,5 triliun atau meningkat 4,7 persen yoy. Pertumbuhan ini di atas pertumbuhan kredit perbankan per September 2020 yang hanya tumbuh 0,12 persen yoy.
Kredit korporasi memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan kredit yakni sebesar Rp25,9 triliun atau tumbuh 33,1 persen yoy. Komposisi kredit Bank Mega terutama didominasi oleh 3 segmen kredit yaitu kredit korporasi (51 persen), joint finance (25 persen) dan kartu kredit (13 persen).
Dalam menjaga kualitas kredit, Bank Mega secara intensif mengkaji kemampuan bayar debitur dan melakukan analisa berkala untuk memonitor perkembangan bisnis debitur tersebut. Dari situ, Bank Mega berhasil menjaga profil dan kualitas kredit dengan baik. Hal ini tercermin dari rendahnya rasio NPL (nett) pada akhir September 2020 sebesar 1,03 persen atau turun dari 1,15 persen pada September 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel