Lindungi Konsumen, Literasi Keuangan Perlu Didongkrak

Bisnis.com,17 Nov 2020, 20:13 WIB
Penulis: Ni Putu Eka Wiratmini
Ilustrasi transaksi nontunai /Antara

Bisnis.com, JAKARTA -- Perlindungan konsumen di sektor jasa keuangan erat kaitannya dengan literasi keuangan di Tanah Air yang masih rendah.

Literasi keuangan yang masih rendah di tengah inklusi keuangan yang cukup tinggi membuat perlindungan konsumen acap kali mengalami masalah.

Sekretaris Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) sekaligus Direktur Jaringan dan Layanan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Ahmad Solichin Luftiyanto mengatakan tingkat literasi keuangan Tanah Air hanya sebesar 38 persen, sedangkan inklusi sudah berada di kisaran 80 persen.

Data ini menunjukkan literasi keuangan Tanah Air bahkan tidak mencapai setengah dari inklusi keuangan.

Menurutnya, Himabara pun menilai literasi keuangan merupakan isu yang cukup kompleks dan menantang karena penduduk yang besar dan demografi yang luas.

Sebagai upaya untuk meningkatkan literasi keuangan, agen Laku Pandai pun dinilai memiliki peran yang besar. Setidaknya saat ini sudah tersebar ratusan ribu agen Laku Pandai, dengan jumlah yang dimiliki BRI saja mencapai 450.000 agen BRILink.

Saat ini, agen Laku Pandai masih merupakan kepanjangan tangan bank. Ke depannya, peran agen laku pandai bisa diperluas untuk meningkatkan literasi keuangan.

"Kalau bicara literasi keuangan, siapa ujung tombak, adalah agen laku pandai, rule agen laku pandai yang semula hanya aksesori kita dorong. Contohnya di Nabire Snetani, banyak yang melakukan belanjan online, kalau bayar ke bank cukup jauh sehingga bisa gunakan Laku Pandai, dengan memanfakan orang yang melek teknologi dan keuangan di komunitas tersebut," katanya dalam Webinar tentang Perlindungan Konsumen Sektor Keuangan di Era Digital, Selasa (17/11/2020).

Solichin menekankan, kunci dari peningkatan literasi keuangan adalah sinergi dan kolaborasi antar stakeholder dan mendorong peranan agen Laku Pandai. Di BRI, lanjutnya, agen BRILink tidak hanya menjadi marketing bank tetapi juga rule advisor dan komunikasi dari masing-masing bank.

"Isu kedua literasi adalah akses, selain dari kami dorong agen Laku Pandai, peran kantor cabang bank dan jasa keuangan lainnya juga perlu didorong karena tetap mungkin sisi knowledge masih lebih bagus dari pegawai bank," sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini