Wow! Rupiah Masih Berpotensi ke Level Rp13.500 Lho

Bisnis.com,18 Nov 2020, 19:59 WIB
Penulis: Dhiany Nadya Utami
Karyawan menghitung dolar AS di Jakarta, Rabu (18/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Potensi penguatan nilai tukar rupiah masih terbuka lebar hingga akhir tahun. Bahkan, bukan tak mungkin mata uang Garuda bakal menembus level Rp13.500 per dolar AS.

Sepanjang bulan berjalan rupiah telah menguat 3,79 persen dan menjadi mata uang yang paling terapresiasi di antara mata uang Asia lainnya. Pun, secara year to date, depresiasi rupiah juga mengecil menjadi hanya 1,47 persen.

Tercatat, saat ini rupiah ada di level Rp14.070 per dolar AS setelah turun tipis 15 poin atau 0,11 persen pada perdagangan Rabu (18/11/2020).

Direktur TFRX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahan bakar utama penguatan rupiah sejak awal November adalah kemenangan kandidat dari Partai Demokrat, Joe Biden, dalam Pilpres Amerika Serikat.

Namun, dia menilai euforia tersebut hanya bertahan sekitar seminggu saja. Terbukti dari pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang greenback yang berfluktuasi sepekan belakangan.

“Selain itu, pergerakan rupiah juga terpengaruh oleh sentimen vaksin, dari sisi progress pengembangan juga dari sikap Trump dan Biden yang bersebrangan soal pandemi dan vaksin,” katanya ketika dihubungi Bisnis, Rabu (18/11/2020)

Kendati sempat berfluktuasi, Ibrahim menyebut potensi penguatan mata uang Garuda masih terbuka lebar hingga akhir tahun. Bahkan, dia memproyeksikan rupiah bisa menguat hingga level Rp13.500 per dolar AS.

Adapun, kata Ibrahim, saat ini para pelaku pasar cenderung masih menunggu nasib stimulus yang akan digelontorkan pemerintah dan Bank Sentral AS, juga bank-bank sentral dunia lain. Jika stimulus berlangsung mulus, akan memberikan sentimen positif kepada rupiah.

Selain itu, nilai tukar rupiah juga akan terdorong oleh pemangkasan suku bunga yang diprediksi bakal dilakukan bank-bank sentral dunia di akhir tahun, termasuk Bank Indonesia yang memberi sinyal akan menurunkan 25 bps pada Desember nanti.

Dia menyebut pelaku pasar cenderung tak terlalu mempersoalkan rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia yang tengah dilaksanakan pada 18—19 November ini karena kemungkinan besar BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan.

“Bank Indonesia tidak mungkin menurunkan suku bunga sendiri, pasti sejalan dengan langkah bank sentral lain karena kalau cuma sendiri pasar tidak akan bereaksi. Tapi jika bersama Bank Sentral Eropa, AS, turun, rupiah bisa lebih kuat,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini