Media Asing Sebut Jokowi Little Soeharto, Ini Kata Rocky Gerung

Bisnis.com,20 Nov 2020, 10:00 WIB
Penulis: Rika Anggraeni
Presiden Joko Widodo/Biro Pers Sekretariat Presiden-Lukas

Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat Politik Rocky Gerung mengungkap demokrasi yang terjadi di Indonesia tengah berada di masa krisis. Hal itu semakin diperkuat dengan pemberitaan South China Morning Post, media berbasis di Hong Kong, yang menyebut Presiden Joko Widodo sebagai Soeharto Kecil atau Little Soeharto.

Dia mengatakan pendukung Jokowi di Istana sebenarnya tinggal relawan yang memberikan dukungan palsu. Relawan hanya ingin mendukung jika diberi jabatan sebagai komisaris BUMN.

"Dan itu terlihat, di dunia internasional juga terlihat bahwa Pak Jokowi makin lama makin lemah karena harus menerima tekanan relawan yang sebetulnya tidak boleh terjadi," katanya seperti dikutip dalam Youtube Channel Rocky Gerung, Jumat (20/11/2020).

Rocky lantas memperjelas pernyataan dia yang memang sudah dilihat dari kacamata internasional. Menurutnya, dunia internasional sudah merumuskan bahwa Presiden Jokowi semakin hari terlihat semakin lemah.

Lemahnya posisi tawar Presiden Jokowi diakibatkan karena harus menerima tekanan dari relawan yang seharusnya hal ini tidak boleh terjadi.

Rocky juga memberikan dua contoh media asing yang memberitakan soal kepemimpinan Jokowi. Majalah The Economist menyebutkan Presiden Jokowi adalah rezim yang sedang menghidupkan kembali otoriter.

“Koran China [South China Morning Post] juga menyebutkan Jokowi itu adalah little Soeharto. Jadi, dunia sebetulnya sudah merumuskan Indonesia sudah nggak ketolong soal demokrasi,” imbuhnya.

Dia menerangkan dalam situasi seperti ini seharusnya pemerintah mempunyai langkah inisiatif untuk memperluas wilayah percakapan publik tanpa ancaman.

Namun, langkah tersebut selalu berbuah blunder lantaran sikap dan pernyataan Menkopolhukam Mahfud MD.

“Tapi setiap kali Pak Mahfud tampil di tv, semua orang merasa ini kalimat ancaman,” sambungnya.

Dia menilai Presiden Jokowi tidak mempunyai kemampuan untuk menerangkan hal tersebut sebab Presiden memiliki kapasitas yang terbatas.

Menurutnya, Jokowi tidak terlatih untuk mengulas dengan kekuatan pikiran sendiri terkait apa yang terjadi di perpolitikan Indonesia.

"Hal ini membuat Pak Jokowi nggak ngerti bahwa ada puntung berasap di masyarakat, dianggap bahwa baik-baik aja,” imbuhnya.

Menurutnya, ada keinginan dari lingkaran kiri Presiden Jokowi yang menginginkan agar proyek oligarki berlanjut di 2024 dan Presiden berada di dalam tawanan itu.

“Semakin Pak Jokowi tidak mampu untuk mengucapkan pikirannya sendiri, semakin orang menganggap memang benar yang disebut oleh publik internasional bahwa ini adalah boneka yang dipilih memang secara legal tapi legitimasinya hilang,” ujar Rocky.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini