Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Sunarso menyebut ada sekitar Rp1.200 triliun dana yang mengendap di bank yang tidak tersalurkan karena lemahnya permintaan kredit akibat pandemi Covid-19.
Dia mengatakan dana masyarakat di BRI tumbuh 16% secara year on year (yoy), sedangkan kredit tumbuh 4,9% yoy. Bahkan, secara nasional kredit hanya tumbuh 0,12% per September 2020.
"Artinya kalau LDR nasional 82% menuju ke idealnya 92%, itu sebenarnya ada sekitar Rp1.200 triliun duit yang tidak tersalurkan dalam bentuk kredit,. Selisih LDR 10% ada sekitar Rp1.200 triliun duit terjebak tidak bisa disalurkan secara produktif dalam bentuk kredit ," katanya dalam webinar, Rabu (25/11/2020).
Sunarso mengatakan UMKM menjadi yang paling awal terpukul akibat dampak pandemi. Hal ini menjadi tantangan bagi bisnis BRI yang sekitar 80% portofolio kreditnya merupakan UMKM.
Oleh karena itu, BRI mengarahkan bisnisnya dengan mengikuti stimulus yang diberikan oleh pemerintah. Pemerintah memberikan berbagai stimulus dalam bentuk penempatan dana, belanja pemerintah berupa banpres produktif, subsidi gaji, KUR super mikro, subsidi penjaminan, hingga relaksasi restrukturisasi kredit.
Dalam implementasinya, BRI merealisasikan stimulus rata-rata dalam waktu 1,5 bulan. Di antaranya restrukturisasi kredit Rp192,25 triliun kepada 2,98 juta debitur. Penyaluran kredit dari penempatan dana PEN mencapai Rp45 triliun kepada 1,17 juta debitur. Penjaminan kredit UMKM sebesar Rp6,19 triliun kepada 10.131 debitur, subsidi bunga UMKM Rp3,83 triliun kepada 6,5 juta debitur, KUR super mikro Rp5,2 triliun kepada 597.000 nasabah.
"Kita harus fokus supaya stimulus sampai ke masyarakat. Stimulus yang akan meningkatkan demand dan baru kita bisnis kalau ada demand," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel