Bisnis.com, JAKARTA - Setelah terdampak pandemi Covid-19, PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) mengubah strategi bisnis, sekaligus merevisi target penyaluran pembiayaan.
Sebagai perusahaan pelat merah yang bergerak di sektor pembiayaan sekunder perumahan, SMF juga ikut terdampak pandemi dari sisi permintaan kredit kepemilikan rumah (KPR) terhadap para mitranya. Mitra lembaga penyalur KPR tersebut di antaranya mencakup perbankan konvensional maupun syariah, bank pembangunan daerah, serta beberapa perusahaan pembiayaan atau multifinance.
Direktur Utama PT SMF Ananta Wiyogo menjelaskan bahwa pihaknya telah merevisi target tiga lini bisnis utamanya di era new normal ini, dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2020 di awal tahun. Pertama, penyaluran pinjaman dari target awal Rp13 triliun menjadi Rp6,087 triliun. Adapun, realisasinya per September 2020 mencapai Rp6,058 triliun atau 99,47 persen.
Ananta menilai dengan realisasi yang tinggi tersebut, target ini jelas akan terlampaui hingga penghujung tahun. SMF pun akan berupaya menggapainya dengan sedikit merubah strategi penyaluran.
"Perbankan itu lagi banjir likuiditas, mereka juga untuk melakukan refinancing itu tidak segencar sebelumnya. Untuk itu kita juga menyasar selain bank, yaitu BPD dan multifinance, yang masih ada booking untuk KPR komersial tapi yang menengah ke bawah," jelasnya, Kamis (26/11/2020).
Kedua, untuk rencana penerbitan surat utang, perseroan mengubah targetnya menjadi Rp8,604 triliun lebih rendah dari sebelum pandemi Rp9,5 triliun. Terealisasi Rp7,15 triliun atau 83,18 persen dari target.
Ananta menjelaskan bahwa penerbitan obligasi bergantung kebutuhan booking atau permintaan likuiditas penyaluran KPR dari para mitranya. Dengan kondisi pasar yang masih belum bangkit sepenuhnya, penerbitan terbaru diperkirakan berlangsung di awal 2021.
Ketiga, untuk kegiatan sekuritisasi SMF belum mengungkapkan realisasinya. Namun, target 2020 ikut diturunkan dari sebelumnya Rp3 triliun menjadi hanya Rp600 miliar.
Sementara itu, terkait kinerja keuangan hingga kuartal 3/2020, SMF telah mencatatkan laba bersih Rp369 miliar, atau telah melebihi target perusahaan di angka Rp318 miliar. Pendapatan SMF per September 2020 berada di angka Rp1,73 triliun dan perseroan masih terus berupaya mengejar target di angka Rp2,17 triliun.
Dengan liabilitas Rp21,35 triliun, sementara ekuitas Rp11,33 triliun, total aset SMF kini mencapai Rp32,69 triliun atau telah melampaui target perseroan di angka Rp31,38 triliun.
Sekadar informasi, melalui kegiatan sekuritisasi dan pembiayaan, sejak awal berdiri pada 2005, akumulasi aliran dana SMF ke mitra penyalur KPR sampai dengan 31 September 2020 telah mencapai Rp68,09 triliun. Angka ini terdiri dari sekuritisasi sebesar Rp12,15 triliun, penyaluran pinjaman sebesar Rp55,83 triliun dan pembelian KPR sebesar Rp106 miliar.
Terkait sekuritisasi, sejak tahun 2009, sampai dengan September 2020 SMF telah menginisiasi 13 kali penerbitan transaksi sekuritisasi baik dengan skema Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) maupun Efek Beragun Aset berbentuk Surat Partisipasi (EBA-SP), dengan total nilai sebesar Rp12,155 triliun. Sebanyak 12 transaksi dilakukan bekerja sama dengan BTN dan 1 transaksi dengan Bank Mandiri.
Untuk kerja sama pembiayaan, SMF menggandeng sejumlah perusahaan pembiayaan, bank umum, bank pembangunan daerah (BPD), dan juga bank syariah sejak 2009, dengan akumulasi penyaluran pembiayaan syariah sampai 31 September 2020 sebesar Rp11,5 triliun.
Selain itu SMF telah aktif menerbitkan surat utang sejak tahun 2009. Hingga 30 September 2020, SMF sudah menerbitkan 44 kali surat utang termasuk Surat Berharga Komersial dengan total nilai penerbitan Rp41,21 triliun yang terdiri dari 32 kali penerbitan obligasi dan sukuk dengan nilai Rp37,23 triliun, 11 penerbitan Medium Term Note (MTN) dengan nilai Rp3,85 triliun dan 1 kali penerbitan Surat Berharga Komersial sebesar Rp120 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel