Rawan Profit Taking, IHSG Siap Tembus 5.900 Pekan Depan?

Bisnis.com,29 Nov 2020, 13:09 WIB
Penulis: M. Nurhadi Pratomo
Karyawan memotret layar Indeks harga saham gabungan (IHSG) di main hall Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Senin (23/11/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan berpeluang melanjutkan penguatan pada pekan depan meski risiko aksi ambil untung atau profit taking membayangi pergerakan.

Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan kepercayaan investor asing terhadap prospek ekonomi Indonesia masih tinggi. Kondisi itu dipicu perkembangan vaksin Covid-19 dan terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat.

Selain itu, lanjut dia, International Monetary Fund (IMF) telah mengakui pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 terbaik kedua pada 2020 dibandingkan dengan negara kelompok G-20 lainnya. Data menunjukkan ada aliran dana gabungan senilai US$48 miliar masuk ke sembilan bursa saham termasuk Indonesia.

“Optimisme investor ritel di tambah aliran dana asing membuat indeks harga saham gabungan [IHSG] terlihat menguat dari awal Oktober 2020 sampai saat ini,” ujarnya dalam riset harian, Minggu (29/11/2020).

Hans mengatakan IHSG berpeluang konsolidasi melanjutkan penguatan pada pekan ini. Akan tetapi, pihaknya mengingatkan risiko aksi ambil untung atau profit taking setelah kenaikan yang hampir tanpa koreksi berarti.

“IHSG bergerak dengan support di level 5.669 sampai 5,427 dan resistance di level 5.800 sampai 5.900,” jelasnya.

Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Yulianto Aji Sadono melaporkan pasar modal Indonesia kembali mencetak kenaikan data perdagangan pada pekan keempat November 2020. Indeks harga saham gabungan (IHSG) naik 3,80 persen dibandingkan dengan pekan lalu ke posisi  5.783,335.

Yulianto menyebut kapitalisasi pasar IHSG juga naik 3,80 persen atau Rp243,079 triliun menjadi Rp6.720,94 triliun dalam sepekan. Rerata volume transaksi naik 60,54 persen menjadi 29,245 miliar saham.

BEI juga mencatat terjadi kenaikan rerata nilai transaksi harian selama sepekan sebesar 19,85 persen menjadi Rp14,88 triliun. Selanjutnya, rerata frekuensi harian selama sepekan juga naik 22,63 persen menjadi 1.163.863.000 kali.

“Pada 25 November 2020, Bursa mencatatkan rekor frekuensi transaksi harian tertinggi sepanjang sejarah yaitu 1,41 juta kali transaksi saham selama satu hari perdagangan,” jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini