Jelang Akhir Tahun, Medco Energi (MEDC) Rugi Rp1,83 Triliun

Bisnis.com,01 Des 2020, 12:14 WIB
Penulis: Finna U. Ulfah
Fasilitas produksi dan penyimpanan terapung (Floating Production Storage and Offloading/FPSO) Belanak di South Natuna Sea Block B yang dikelola Medco E&P Natuna (MEPN). Istimewa/SKK Migas.

Bisnis.com, JAKARTA - PT Medco Energi Internasional Tbk. menderita kerugian sebanyak US$130,11 juta atau setara Rp1,83 triliun (Kurs Rp14.134) hingga akhir September 2020. Kinerja Medco tertekan akibat situasi bisnis yang kurang menguntungkan akibat pandemi Covid-19.

Laporan keuangan Medco Energi menunjukkan, pendapatan perseroan pada periode sembilan bulan atau akhir kuartal III/2020 mencapai US$792,89 juta. Jumlah tersebut turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak US$970,24 juta.

Penurunan pendapatan secara langsung mempengaruhi pos laba rugi. Emiten bersandi saham MEDC itu menelan kerugian US$130,11 juta, berbanding terbalik dengan pencapaian periode tahun lalu yang untung US$19,27 juta.

CEO Medco Energi Internasional Roberto Lorato mengatakan bahwa penurunan kinerja bottom line disebabkan oleh kondisi perdagangan yang sangat sulit terutama pada kuartal II/2020 ketika perseroan mengalami rugi bersih sebesar US$76 juta.

Namun, rugi bersih pada kuartal III/2020 berhasil menyusut dari kuartal sebelumnya menjadi sebesar US$34 juta dipengaruhi dry-hole pengeboran laut dalam di Meksiko, harga gas yang rendah, dan permintaan listrik yang terus rendah di entitas usaha Medco Power.

Selain itu, penurunan kinerja bottom line berhasil diimbangi dari laba yang dicatatkan entitas usaha di sektor pertambangan mineral, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT). Anak usaha yang beroperasi di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat itu memberikan kontribusi laba sebesar US$21 juta, ditopang peningkatan harga emas  dan tembaga.

Dalam sembilan bulan tahun ini, MEDC mencatat harga minyak berada di posisi US$39,5 per barel, lebih rendah 39 persen secara year on year(yoy), sedangkan harga gas di posisi US$5,1 per MMBtu, turun 25 persen secara yoy.

Sejatinya, harga minyak pada kuartal III/2020 telah berhasil pulih ke level US$40,6 per barel, naik 52 persen dari posisi US$26,8 per barel pada kuartal II/2020. Namun, harga gas terus turun pada kuartal III/2020 menjadi sebesar US$4,6 per MMBtu dibandingkan dengan posisi kuartal sebelumnya US$5,2 per MMBtu

“Kini, menjelang akhir tahun, harga komoditas mulai pulih dan AMNT telah kembali memperoleh keuntungan dari produksi pertama fase 7 melalui kenaikan harga tembaga dan emas. Pada Kuartal IV/2020 juga harga minyak dan gas telah kembali ke arah positif,” ujar Lorato seperti dikutip dari keterangan resminya, Selasa (1/12/2020).

Sementara itu, perseroan mencatat  EBITDA dalam sembilan bulan 2020 sebesar US$422 juta, turun hanya 5 persen yoy karena efisiensi biaya dan sinergi dari hasil penyelesaian integrasi Ophir Energy, mengimbangi dampak permintaan energi rendah.

Lorato juga menjelaskan bahwa likuiditas perseroan tetap kuat dengan kas dan setara US$618 juta pada 30 September, naik dari US$596 juta pada akhir tahun 2019. Hutang bruto per 30 September 2020 mencapai US$2,5 miliar, turun 6 persen yoy, sedangkan hutang bersih sebesar US$2 miliar, turun 9 persen yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini