Bisnis.com, JAKARTA — Momentum libur Natal dan tahun baru dinilai belum mampu mendongkrak kinerja kredit konsumtif dari industri pembiayaan. Keterbatasan aktivitas akibat pandemi virus Corona (Covid-19) membuat masyarakat cenderung menunda belanja.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menjelaskan bahwa situasi pandemi Covid-19 masih belum menghadapi titik terang pada penghujung 2020. Kondisi itu pun membuat kredit konsumtif belum akan mengalami pertumbuhan saat menutup akhir tahun ini.
"Penyalurannya [kredit konsumtif] enggak akan naik signifikan, masih seperti Oktober 2020 kira-kira. Karena sekarang suasananya masih dalam protokol kesehatan, liburan akhir tahun dicabut, jadi ya enggak ada peningkatan," ujar Suwandi kepada Bisnis, Rabu (2/12/2020).
Menurutnya, salah satu indikasi belum pulihnya penyaluran kredit konsumtif ada pada proyeksi penjualan kendaraan bermotor. Industri otomotif memperkirakan penjualan akan berkisar 540.000 unit, sekitar separuh dari capaian tahun kemarin.
Kondisi ekonomi makro pun belum menunjukkan sinyal positif sehingga masyarakat masih menunda belanjanya. Bahkan, menurut Suwandi, sentimen tersedianya vaksin belum optimal untuk mengangkat permintaan kredit konsumtif dari industri pembiayaan.
"Karena ini tidak seperti saham [yang terpengaruh sentimen], orang akan mengajukan kredit setelah jelas ada vaksin, tahu bahwa bisa beraktivitas kembali, bisa mencari sumber penghasilan kembali," ujarnya.
APPI pun belum dapat memperkirakan kapan kredit konsumtif akan tumbuh, karena sangat bergantung dari tersedia dan didistribusikannya vaksin Covid-19. Selagi menunggu 'kabar baik' itu, industri terus memastikan penyaluran pembiayaan yang selektif.
"Semua terintegrasi dengan Sistem Layanan Informasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan [SLIK OJK], semua debitur yang punya sejarah jelek sudah enggak akan bisa lagi diberikan kredit," ujar Suwandi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel