Bisnis.com, JAKARTA - Nominal simpanan bank umum yang mulai melandai per Oktober 2020 dinilai menjadi sinyal adanya perbaikan konsumsi dan investasi seiring pemulihan ekonomi secara bertahap.
Data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) tentang Distribusi Simpanan Bank Umum, menunjukkan nominal simpanan pada Oktober 2020 turun 0,4 persen secara month to month menjadi Rp6.692 triliun, setelah mengalami kenaikan beruntun sejak Mei 2020.
Ini merupakan penurunan nominal simpanan pertama kalinya sejak April 2020. Penurunan ini terutama berasal dari nominal simpanan di atas Rp5 miliar dan Rp2 miliar-Rp5 miliar masing-masing yakni 1,10 persen mtm dan 0,10 persen mtm. Nominal simpanan di atas Rp5 miliar berkontribusi 48,9 persen terhadap total nominal simpanan.
Dari kepemilikan bank, nominal simpanan yang mulai melandai terutama pada Bank BUMN yakni turun 2,4 persen secara mtm. Bank BUMN berkontribusi 42,3 persen terhadap total nominal simpanan.
Sebelumnya, Bank Indonesia juga melaporkan penghimpunan DPK pada Oktober 2020 tercatat sebesar Rp6.336,5 triliun atau tumbuh 11,6 persen yoy, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 12,1 persen yoy.
Perlambatan DPK pada Oktober terjadi pada tabungan dan giro. Berdasarkan golongan nasabahnya, perlambatan DPK terjadi pada nasabah korporasi.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan nominal simpanan yang mulai berkurang menunjukkan nasabah terutama korporasi mulai membelanjakan uang untuk beberapa kebutuhan seperti bahan baku, rekrutmen kembali karyawan, dan sebagian digunakan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Nasabah korporasi merupakan nasabah jumbo yang kebanyakan memiliki nominal simpanan di atas Rp5 miliar.
Khusus untuk Bank BUMN, kata dia, ada kecenderungan membayar cicilan utang pada akhir tahun. Sementara bagi swasta melihat adanya tren positif dari pengembangan vaksin Covid-19 dan pemulihan di sisi ekspor sehingga ada rencana pembelian bahan baku yang lebih besar sebagai persiapan produksi awal 2021.
Hal ini sesuai dengan data BPS yang menyebutkan kinerja ekspor per Oktober 2020 meningkat sebesar 3,09 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Dari pergerakan PMI manufaktur titik terendah di berbagai negara pasar ekspor Indonesia adalah April-Juni 2020.
"Jadi, dapat disimpulkan turunnya simpanan sejalan dengan respon industri terhadap prospek pemulihan ekonomi global di akhir tahun 2020," katanya, Rabu (2/12/2020).
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah menyampaikan data memang menunjukkan pasca pelonggaran PSBB pada Juni konsumsi cenderung membaik walaupun masih di bawah level normal, di mana pertumbuhan secara yoy masih negatif, tetapi secara mtm sudah positif.
Membaiknya tingkat konsumsi ini sejalan dengan perbaikan pada investasi walaupun lebih rendah. Perbaikan konsumsi dan investasi menahan laju pertumbuhan DPK di perbankan yang memang sudah tinggi.
"Saya perkirakan tren ini masih akan berlanjut pada Desember 2020 dan akan terus membaik pada tahun 2021. Konsumsi dan investasi akan jauh lebih baik ketika pandemi nanti benar-benar berakhir di kuartal III atau paling lambat di kuartal IV/2021," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel