Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan stimulus kebijakan moneter akan tetap berlanjut hingga tahun depan dalam rangka mendorong pemulihan ekonomi.
Pertama, kata Perry, stabilitas nilai tukai rupiah akan terus dijaga sesuai dengan fundamentalnya dan mekanisme pasar.
Kedua, BI akan tetap menerapkan kebijakan suku bunga rendah hingga tekanan terhadap inflasi meningkat. Pada tahun ini, suku bunga acuan telah dipangkas sebesar 125 basis poin menjadi 3,75 persen.
Sementara inflasi pada tahun ini diperkirakan akan berada pada tingkat yang rendah, jauh di bawah batas kisaran target BI sebesar 2 hingga 4 persen. Pada 2021, tingkat inflasi diperkirakan akan kembali berada pada kisaran 3±1 persen.
"Suku bunga akan tetap rendah sampai muncul tanda-tanda tekanan inflasi akan meningkat. Suku bunga BI yang sekarang 3,75 persen terendah sepanjang sejarah," katanya, Kamis (3/12/2020).
Di samping itu, Perry mengatakan BI juga akan melanjutkan pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar perdana sesuai dengan skema burden sharing I untuk pembiayaan APBN 2021 sebagai pembeli siaga.
Berdasarkan data terbaru, BI mencatat telah membeli SBN sesuai dengan skema burden sharing I dari pasar perdana sebesar Rp72,5 triliun.
Lebih lanjut, kata Perry, kebijakan makroprudensial juga akan tetap akomodatif. Rasio countercyclical buffer akan tetap dipertahankan pada tingkat 0 persen, rasio intermediasi makroprudensial (RIM) pada kisaran 84-94 persen, penyangga likuiditas makroprudensial (PLM) sebesar 6 persen.
"BI bersama pemerintah dan KSSK [Komite Stabilitas Sistem Keuangan] juga akan terus mempertemukan perbankan dan dunia usaha untuk mendorong kredit dan pembiayaan pada sektor-sektor prioritas," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel