Bisnis.com, JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finnace (INDEF) mengapresiasi kinerja Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam meningkatkan pemahaman dan akses keuangan di masyarakat selama 9 tahun berdiri. Meski begitu, regulator masih dihadapkan pada tantangan agar literasi dan inklusi dapat berkontribusi pada pembangunan ekonomi.
Wakil Direktur INDEF Eko Listyanto mengatakan indeks literasi keuangan relatif meningkat dari 21,8% pada 2013 menjadi 38% pada 2019. Demikian pula, indeks inklusi keuangan meningkat dari 59,7% pada 2013 menjadi 76,19% pada 2019.
Peningkatan indeks literasi dan inklusi keuangan di masyarakat berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK pada 2019. Meski indeks mengalami peningkatan, tetapi literasi dan inklusi keuangan dinilai masing timpang.
Berdasarkan sektor jasa keuangan, literasi keuangan di sektor perbankan mencapai 36,12%, tetapi di pasar modal hanya 4,92%. Begitu juga, inklusi keuangan di sektor perbankan mencapai 73,88%, tetapi sangat kecil di sektor jasa keuangan lainnya.
Indeks literasi dan inklusi keuangan juga masih belum merata di masyarakat. Tingkat literasi dan inklusi keuangan sangat tinggi di daerah tertentu, tetapi minim di daerah lainnya.
Inklusi di beberapa kota seperti DKI Jakarta dan Kalimantan Timur mencapai di atas 90%, melebihi Thailand dan Malaysia. Sebaliknya, inklusi di beberapa daerah justru di bawah rata-rata daerah seperti NTT yang hanya 60%.
"Data-data menggambarkan literasi dan inklusi keuangan mengalami peningkatan. Tetapi kalau melihat lebih jauh dan impact yang hilirnya pada pertumbuhan ekonomi, masih banyak hal yang harus dilakukan ke depan," katanya dalam diskusi 9 Tahun Peran Otoritas Jasa Keuangan dalam Menjaga Inklusi Jasa Keuangan Indonesia, Kamis (3/12/2020).
Menurutnya, perlu upaya pemerataan agar literasi dan inklusi keuangan merata tidak hanya di perkotaan, tetapi juga daerah pedesaan. Begitu juga, literasi dan inklusi keuangan tidak hanya di perbankan, tetapi sektor jasa keuangan lainnya.
Lebih lanjut, OJK perlu fokus tiga hal agar strategi inklusi dapat berkontribusi pada ekonomi. Pertama, go digital dengan memanfaatkan seoptimal mungkin teknologi digital untuk mendorong inklusi bisa lebih cepat.
Saat ini indeks inklusi Indonesia sebesar 76% masih di bawah Thailand 82% dan Malaysia 85%. Kedua, go rural, di mana literasi dan inklusi tidak hanya fokus pada wilayah perkotaan atau daerah berbasis minyak.
Upaya mendorong literasi dan inklusi keuangan juga perlu menyasar daerah berbasis pertanian dan lainnya. Ketiga, go sektoral dengan mendorong kredit tidak hanya ke sektor perdagangan dan industri, tetapi juga sektor yang masih membutuhkan sentuhan kebijakan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel