Kabar Vaksin Bikin Prospek Ekonomi Cerah, Rupiah Berpotensi Melemah

Bisnis.com,04 Des 2020, 07:36 WIB
Penulis: Finna U. Ulfah
Karyawan menghitung dolar AS di Jakarta, Rabu (18/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi melanjutkan pelemahan pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (4/12/2020). Perkembangan vaksin di Inggris dan pemberian stimulus di Amerika Serikat bakal menjadi sentimen negatif bagi rupiah.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa rupiah berpotensi menetap di zona merah pada pembukaan  perdagangan kali ini, melanjutkan pelemahan dari perdagangan sebelumnya.

“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka melemah sebesar 5-70 point di level Rp14.110 per dolar AS hingga  Rp14.180 per dolar AS,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Jumat (4/12/2020).

Adapun, pada penutupan perdagangan Kamis (3/12/2020) rupiah ditutup di level Rp14.140 per dolar AS, terkoreksi 0,11 persen di saat hampir semua mata uang Asia berhasil menguat melawan greenback.

Ibrahim menjelaskan bahwa sentimen penggerak rupiah didukung oleh optimisme pasar terhadap paket stimulus fiskal dari Amerika Serikat.

Anggota parlemen dapat meluncurkan paket fiskal untuk mendukung ekonomi Ketua DPR AS Nancy Pelosi dan Pemimpin Minoritas Senat AS dari Partai Demokrat Chuck Schumer dalam kesepakatan stimulus bipartisan senilai US$908 miliar yang mencakup dukungan untuk usaha kecil dan pengangguran Amerika. Kesepakatan itu harus digunakan sebagai dasar untuk negosiasi segera.

Kabar tersebut juga didukung oleh Inggris yang menyetujui otorisasi penggunaan darurat sementara untuk vaksin Pfizer dan mitra pengembangan BioNTech.

Dari dalam negeri, pergerakan rupiah didukung oleh membaiknya ekonomi di Kuartal IV/2020. Hal ini membuat pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi 2021 akan berada di kisaran 4,8 persen hingga 5,8 persen.

Optimisme pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari rasa optimisme terhadap perkembangan ekonomi secara global pada 2021 akan tumbuh positif hingga 5 persen, setelah terkontraksi 3,8 persen pada tahun ini. 

Sinyal pemulihan ini terlihat dari perbaikan ekonomi di banyak negara, termasuk China dan Amerika Serikat (AS), didukung stimulus fiskal dan moneter serta mulai meningkatnya mobilitas manusia dan aktivitas perekonomian akibat ditemukannya vaksin covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini