Waduh, 26 Persen Warga Swedia Tak Bersedia Divaksin Covid-19

Bisnis.com,05 Des 2020, 02:56 WIB
Penulis: Annisa Margrit
Poster yang meminta warga untuk saling menjaga kesehatan dan menjaga jarak dengan orang lain dipasang di tiang lampu di Stockholm, Swedia, Rabu (11/11/2020)./Bloomberg-Mikael Sjoberg

Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas kesehatan Swedia menyatakan upaya kekebalan kelompok alias herd immunity atas Covid-19 di negara itu akan menghadapi ganjalan dari banyaknya warga yang menolak vaksinasi. Jumlahnya kini disebut mencapai lebih dari 25 persen populasi.

Bloomberg melaporkan Sabtu (5/12/2020), survei yang dilakukan Novus menyebutkan hanya 46 persen warga Swedia yang menyatakan bersedia divaksin, sedangkan 26 persen lainnya tidak. Kekebalan kelompok baru dapat diraih jika ada cukup banyak orang di suatu komunitas yang memiliki imunitas setelah terinfeksi atau divaksin. 

Untuk Covid-19, persentase untuk meraih kekebalan kelompok adalah antara 55 persen hingga 82 persen. 

"Saya memahami bahwa level penerimaannya saat ini cukup rendah. Itu adalah pertanyaan teoritis, karena kita hanya tahu sedikit tentang vaksin yang sedang dikembangkan, dan publik bahkan tahu lebih sedikit lagi," papar ahli epidemiologi pemerintah Anders Tegnell. 

Dia melanjutkan diperlukan komunikasi yang sangat efektif untuk menyampaikan pentingnya vaksinasi dan pengaruhnya kepada masyarakat luas. 

Tegnell berharap lebih banyak warga yang bersedia divaksin jika saatnya tiba. Dia menyebutkan kunci utama yang dimiliki Swedia adalah sistem kesehatan nasionalnya, yang memiliki infrastruktur mumpuni untuk mendistribusikan vaksin ke seluruh negeri. 

Perdana Menteri (PM) Swedia Stefan Lofven menyampaikan negara Skandinavia itu diperkirakan akan mendapat vaksin Covid-19 yang cukup untuk seperlima populasi pada kuartal I/2021. 

Berbeda dengan banyak negara Eropa, termasuk negara-negara tetangganya seperti Norwegia, Swedia tidak menerapkan lockdown dengan harapan dapat mencapai kekebalan kelompok. Meski demikian, hal ini membuat angka kasus positif Covid-19 di negara itu merajalela.

Data Johns Hopkins University menunjukkan ada 278.912 kasus Covid-19 di negara itu per Jumat (4/12).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Margrit
Terkini