Pengalaman di Inggris, BP Incar Bisnis Stasiun Daya Kendaraan Listrik di Indonesia

Bisnis.com,06 Des 2020, 18:54 WIB
Penulis: Muhammad Ridwan
BP Chargemaster. BP Chargemaster akan memperluas jaringannya dari sekitar 7.000 lokasi menjadi 70.000 secara global. /bp.com

Bisnis.com, JAKARTA - BP Indonesia berencana memasuki bisnis penyediaan stasiun pengisian daya kendaraan listrik di Indonesia seiring dengan langkah BP Global yang telah menetapkan bisnisnya untuk energi yang lebih ramah lingkungan.

Presiden Direktur BP-AKR Peter Molloy mengatakan bahwa sejalan dengan keahlihan BP dalam bidang elektrifikasi dan energi terbarukan, pihaknya berencana untuk menyediakan titik pengisian daya kendaraan listrik dan titik penggantian baterai untuk kendaraan roda dua. Menurutnya, transisi energi tersebut cepat atau lambat pasti akan terjadi.

"Kalau untuk saat ini mungkin hanya ada sekitar 6 atau 7 titik pengisian daya di Jakarta. Maka dari itu sebenarnya transisi ini sangat bersifat embrionik," katanya kepada Bisnis, baru-baru ini.

Kendati demikian, Peter menilai bahan bakar fosil masih sangat penting di Indonesia. Selain itu, BP Indonesia melihat konsumsinya akan terus meningkat hingga 2030.

Menurutnya, pada masa transisi saat ini, BP-AKR telah siap dan dapat menawarkan solusi. Pasalnya, BP memiliki pengalaman kuat dan memiliki kemitraan bukan hanya di Indonesia, tapi juga secara global. Sebagai contoh di Inggirs, BP memiliki BP Chargemaster yang merupakan jaringan stasiusn pengisian kendaraan listrik terbesar.

"BP Chargemaster akan memperluas jaringannya dari sekitar 7.000 lokasi menjadi 70.000 secara global. Kami akan berada di posisi yang menguntungkan jika dapat memanfaatkan tren transisi tersebut dan ketika pasr siap untuk bertransformasi, kami siap untuk berada di paling depan," ungkapnya.

Menurut Peter, terdapat banyak hal yang dapat mempengaruhi proses transisi energi tersebut. Tidak hanya dari segi penyediaan pengisian daya kendaraan listrik, tapi juga kesiapan suatu negara turut menjadi faktor.

Pasalnya, kesiapan perusahaan manufaktur kendaraan dan pemerintahnya dapat menjadi faktor penentu seberapa cepat berlangsungnya transisi energi di suatu negara. "Saya berharap transisi tersebut akan mulai secara perlahan dan akan meningkat pesat dalam kurun waktu 4 hingga 5 tahun ke depan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini