Pengusaha Depo Bantah Bikin Kontainer Langka, Asdeki: Kami Rugi

Bisnis.com,08 Des 2020, 18:02 WIB
Penulis: Rinaldi Mohammad Azka
Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Selasa (19/5/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Pengusaha Depo Kontainer mengaku rugi dengan adanya kelangkaan kontainer untuk ekspor di Indonesia maupun secara global. Terjadi penurunan pendapatan hingga 30 persen akibat kelangkaan tersebut.

Ketua Umum Asosiasi Depo Kontainer Indonesia (Asdeki) Muslan AR menuturkan memang telah terjadi kelangkaan kontainer untuk ekspor dalam sebulan terakhir. Kelangkaan ini terangnya berakibat pada meruginya bisnis depo kontainer.

"Dari sisi ekonomi pertama biaya logistik jadi naik, tidak ada keseimbangan, bisnis depo kontainer akhirnya ikut turun. Kami tidak bisa memenuhi kebutuhan ekspor, suatu perusahaan misalkan membutuhkan 400 kontainer per bulan, kami hanya ada 200 kontainer, jadi depo juga cuma bisa layani 200 kontainer," ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (8/12/2020).

Dia menuturkan kelangkaan kontainer ini masih terus berlanjut sampai waktu yang belum dapat dipastikan. Padahal kebutuhan kontainer untuk ekspor nyata adanya.

Muslan memerinci kelangkaan kontainer untuk ekspor terutama jenis high cube (HC) dan 40 feet membuat adanya keterbatasan di depo. Secara bisnis, terangnya, terjadi penurunan yang bervariasi antara 20--30 persen.

"Kalau saya lihat dari teman-teman bervariasi, rata-rata turun 20--30 persen turunnya karena pergerakan kontainer impor berkurang, berdampak ke ekspor karena kontainernya tidak ada," katanya.

Dia menjelaskan kontainer itu merupakan kuasa perusahaan pelayaran, baik domestik maupun internasional, sehingga tidak mungkin kontainer domestik dipakai keperluan internasional. Kemudian, antar perusahaan pelayaran internasional pun tidak bisa saling meminjamkan kontainernya kecuali sudah ada kerja sama terlebih dahulu.

Muslan menyebut kelangkaan terjadi karena secara umum ekspor tidak seimbang dengan impor barang ke Indonesia. Di satu sisi aktivitas ekspor naik 8 persen sementara impor turun drastis termasuk kedatangan kontainernya.

Dengan demikian, terjadi kelangkaan kontainer, permintaan dan suplainya menjadi tidak seimbang, perusahaan pelayaran pun akhirnya menaikan biaya angkut (freight) barang. Kelangkaan secara umum terjadi karena dampak perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China dan ketidakmerataan pemulihan ekonomi antarnegara.

"Kontainer yang akan lari ke China ditahan di AS, kemudian karena China banyak impor ke Indonesia, di China kontainer terbatas, Indonesia pun terbatas kontainer, jadi mau ekspor juga terjadi kekurangan," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini