Optimistis, Peritel Incar Rp10 Triliun Saat Harbolnas

Bisnis.com,09 Des 2020, 19:57 WIB
Penulis: Iim Fathimah Timorria
Ilustrasi e-commerce/CC0

Bisnis.com, JAKARTA -- Pelaku usaha ritel menargetkan penjualan pada Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 12.12 tahun ini bisa tetap tumbuh dibandingkan dengan tahun lalu meski akan lebih lambat.

Ketua Umum Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey memperkirakan kenaikan penjualan pada Harbolnas bisa naik di kisaran 15 sampai 20 persen tahun ini. Sementara pada 2019, kenaikan secara tahunan tercatat tumbuh 30 persen.

“Kami prediksi pada pandemi ini minimal kenaikan 15 sampai 20 persen dari perolehan tahun lalu,” kata Roy saat dihubungi, Rabu (9/12/2020).

Harbolnas pada 2019 sendiri disebut Roy mencatatkan penjualan Rp9 triliun atau naik 30 persen dibandingkan dengan 2018 yang berada di angka Rp6,8 triliun. Dengan asumsi kenaikan tahun ini di kisaran 15 sampai 20 persen, maka total penjualan bisa menembus Rp10,8 triliun.

Penjualan selama Harbolnas yang diprediksi tetap tumbuh sendiri disebutnya dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Di antaranya adalah sentimen kedatangan vaksin dan juga tren inflasi November yang menunjukkan adanya geliat setelah dua bulan sebelumnya terjadi deflasi.

“Inflasi menunjukkan adanya pergerakan permintaan,” kata dia.

Selain itu, survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia pun disebut Roy menunjukkan adanya keyakinan konsumen yang membaik. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada November 2020 tercatat sebesar 92,0. Meski masih dalam zona pesimis, indeks tersebut naik signifikan jika dibandingkan dengan Oktober 2020 yang tercatat hanya sebesar 79,0.

Peningkatan IKK tersebut terutama didorong oleh Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) terhadap kondisi ekonomi dalam 6 bulan ke depan, terutama pada komponen ekspektasi kegiatan usaha dan ekspektasi ketersediaan lapangan kerja.

Roy juga menyebutkan bahwa peritel tidak hanya akan mengandalkan diskon pada Harbolnas kali ini. Menurutnya, di tengah kondisi daya beli masyarakat yang belum pulih seutuhnya, diskon tidak akan menjadi pendorong utama yang memengaruhi konsumen.

Bagi penjualan offline, dia mengatakan faktor keamanan dan kondisi wabah akan sangat memengaruhi. Sementara untuk penjualan daring, dia mengatakan peritel harus menyiapkan strategi dan promosi lain.

“Contohnya dengan diskon pre-order untuk penjualan daring atau dengan tambahan barang pelengkap, misal membeli televisi ada bonus,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Novita Sari Simamora
Terkini