Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan (multifinance) yang bermain di pangsa kendaraan bekas, baik roda dua maupun roda empat harus makin optimistis di era new normal.
Pengamat Otomotif Bebin Djuana mengungkap bahwa hal ini terutama akibat kebutuhan akan keamanan dari pandemi di era new normal, ditopang kebutuhan masyarakat mengambil layanan keuangan yang membantu bisa meringankan beban ekonominya.
"Kalau bicara kredit, yang menengah ke atas itu kan biasanya mampu tunai. Tapi sekarang banyak yang memilih turun kelas. Misalnya, sebelum pandemi dia mampu kredit mobil baru, tapi sekarang memilih kredit yang bekas dulu. Terlihat di harga mobil bekas Rp500 jutaan pun masih ramai dan banyak yang pakai leasing," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (8/12/2020).
Dengan kata lain, masyarakat yang membeli kendaraan baru, terutama mobil di era new normal ini tampak sedikit tergerus, atau lebih terbatas bagi kalangan menengah ke atas tertentu saja.
Menurut Bebin, apabila ada yang mengambil kredit kendaraan baru pun, kalangan ini biasanya hanya memilih mengambil tenor singkat.
Inilah kenapa pangsa kredit kendaraan baru di leasing memang tampak belum ada kenaikan.
"Ambil contoh, bagi keluarga yang sudah punya mobil, pasti lari ke bekas untuk kebutuhan mobilitas barunya di era pandemi ini. Misalnya, buat istri atau keluarga, ketika mobil utamanya dipakai bekerja, atau sebaliknya. Jadi, mobil bekas memang pasarnya masih lebih terjaga dalam waktu dekat ini," tambahnya.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait statistik industri pembiayaan per Oktober 2020 mengungkapkan hal tersebut.
Piutang pembiayaan roda dua baru tak pernah naik lagi sejak Juni 2020. Kini nilainya Rp67,76 triliun atau turun dari periode 2019 di angka Rp83,61 triliun.
Senada dengan penjualan motor, piutang pembiayaan roda empat baru lebih parah, tak pernah naik lagi sejak Februari 2020. Pada Oktober 2020 nilainya Rp114,28 triliun atau turun dari periode Oktober 2019 di Rp135,44 triliun.
Sementara itu, motor bekas masih mampu bertahan tak terlalu dalam sampai awal kuartal III/2020, setelah itu mulai mengalami penurunan di kisaran nilai terkini, dengan Rp17,21 triliun atau turun dari Rp21,06 triliun pada 2019.
Ilustrasi tempat penjualan mobil bekas./Antara/Chairul Rohman
Adapun, mobil bekas justru mengalami peningkatan nilai piutang pembiayaan dalam dua bulan terakhir, sehingga kini nilainya justru naik menjadi Rp58,92 triliun dibandingkan Rp58,04 triliun di Oktober 2019.
PT Mandiri Utama Finance (MUF) menjadi salah satu contoh multifinance yang mendapat berkah dari fenomena ini.
Direktur Utama MUF Stanley Setia Atmadja mengungkap bahwa pembiayaan baru MUF di sektor otomotif mulai tumbuh setiap bulan sejak Juni 2020, hingga pada November 2020 ini sudah di level yang hampir sama dengan volume penyaluran sebelum krisis Covid-19.
"Total nilai penyaluran baru roda empat Oktober itu sekitar Rp447 miliar, November naik ke Rp535 miliar, dengan komposisi yang bekas menopang sekitar 40 persen. Saldo piutang pembiayaan kami juga sudah kembali tumbuh sejak September 2020," ungkapnya kepada Bisnis.
Begitu pula PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFI Finance) yang memang menjadikan pangsa pembiayaan mobil bekas menjadi salah satu lini bisnis utamanya.
"Pembiayaan baru kami ke otomotif beberapa bulan terakhir hampir semua roda empat bekas, November 2020 di sekitar Rp710 miliar," ungkap Direktur Keuangan BFI Finance Sudjono kepada Bisnis.
Sekadar informasi, pada kuartal III/2020, portofolio piutang pembiayaan BFI Finance senilai Rp13,52 triliun memang didominasi oleh pembiayaan mobil bekas sebesar 71,2 persen.
Sementara itu, komposisi piutang pembiayaan lainnya terdiri dari alat berat dan mesin 14,3 persen, motor bekas 9,9 persen, serta diikuti oleh mobil baru, property and backed financing (PBF), dan syariah 4,6 persen.
"Jadi walaupun memang [pangsa pembiayaan kendaraan bekas] bisa sedikit menolong, kondisi pembiayaan BFI kurang lebih sama dengan industri. Meskipun sudah meningkat jauh dibanding kuartal II/2020, tapi belum mencapai normal seperti sebelum pandemi. Karena kami juga masih lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit," ujarnya.
Adapun, dari sisi pembiayaan untuk kendaraan roda dua, Direktur Utama PT Federal International Finance Group (FIFGROUP) Margono Tanuwijaya mengungkap bahwa permintaan pembiayaan motor bekas tampak tak terlalu berbeda jauh dengan motor baru.
Memang, di awal pandemi pangsa untuk motor bekas lebih bisa bertahan untuk tak terlalu anjlok. Namun sekarang, pembiayaan motor baru di FIFGROUP sudah mengalami peningkatan. Sehingga secara kuantitas, kredit untuk motor baru potensinya masih lebih relevan untuk diandalkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel