Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank DBS Indonesia memandang pertumbuhan dana wealth management masih akan tetap siginifikan pada tahun depan. Pasalnya, upaya untuk akusisi nasabah baru sekaligus peningkatan pelayanan pada nasabah prioritas existing masih berjalan.
Executive Director, Wealth Management Talent Rotation Bank DBS Indonesia Koh Keng Swee menyampaikan kondisi perekonomian tahun ini menjadi tantangan cukup berat bagi industri perbankan. Kendati demikian, bisnis investasi Bank DBS Indonesia telah berkembang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir termasuk tahun ini.
AUM kami telah berlipat ganda pada tahun 2018 sejak akuisisi bisnis ritel ANZ di Indonesia dan pendapatan investasi kami telah tumbuh 40% tahun lalu, dan 25% pada tahun ini yang berarti pendapatan investasi kami telah berlipat ganda hanya dalam 2 tahun.
"Melihat hal tersebut, Bank DBS Indonesia optimistis tahun depan akan terus dapat tumbuh dua digit. Fokus Bank DBS Indonesia untuk tahun depan adalah terus mengembangkan rangkaian produk baik offline maupun online guna memenuhi kebutuhan nasabah yang semakin beragam. Pada saat yang sama, kami akan menempatkan lebih banyak produk seperti UT (Unit Trusts/reksadana) di aplikasi Digibank sehingga lebih banyak nasabah yang dapat mengakses produk kami," katanya, Senin (14/12/2020).
Adapun, dia memaparkan saat pandemi dimulai pada bulan Maret, re-alokasi dana nasabah yang signifikan ke deposito untuk meminimalisir risiko. Namun pada saat yang sama juga muncul banyak peluang dalam investasi obligasi, yang mana beberapa nasabah memanfaatkan peluang tersebut.
Meski demikian, Indonesia pun tetap menjadi pasar yang menjanjikan untuk wealth management. Industri wealth management domestik diperkirakan meningkat ketika PDB/kapita mencapai tingkat optimal sebesar USD5.000 (saat ini: USD4.100).
"Dicatat juga bahwa penetrasi Asset Under Management (AUM) Indonesia saat ini sekitar 4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka tersebut masih tergolong rendah dibandingkan dengan beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand yang komposisinya sebesar 15-25%," jelasnya.
Bank DBS Indonesia pun melihat perkembangan yang signifikan dalam angka nasabah HNWI untuk beberapa tahun ke depan. Saat ini Ultra High Net Worth Individual (UHNWI) Indonesia diproyeksikan menjadi yang tertinggi kelima di dunia dan jauh lebih tinggi dari rata-rata global dan Asia yang rata-ratanya 27 persen dan 44 persen.
Bank DBS Indonesia menyoroti bahwa nasabah HNWI memiliki kebutuhan yang unik dalam hal investasi. Oleh karena itu, Bank DBS Indonesia telah secara aktif mengembangkan rangkaian produknya selama bertahun tahun dan sekarang menawarkan produk seperti PDNI (Pengelolaan Dana Nasabah Individu), obligasi korporasi sekunder dan reksadana syariah yang tidak ditawarkan oleh banyak bank lain di Indonesia.
Lebih lanjut, Keng Swee menyampaikan perseroan mengadopsi suatu pendekatan kolaborasi yakni phygital atau physical and digital dalam mengelola investasi dan asuransi bisnisnya. Hal ini termasuk di dalamnya dengan memperlengkapi RM (Relationship Manager) dan advisors dengan akses digital melalui aplikasi yang telah meraih penghargaan yaitu Digibank yang sekarang sudah memiliki produk FX dan obligasi.
"Indonesia dengan penduduknya yang besar dan terus bertambah serta kekayaan pribadi yang meningkat pesat menghadirkan peluang besar bagi Bank DBS Indonesia karena kini dapat menjangkau nasabah dari segala segmen dan usia," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel