Kebijakan Swab Test Penumpang H-2, Pengamat: Kenapa Mendadak?

Bisnis.com,15 Des 2020, 16:32 WIB
Penulis: Anitana Widya Puspa
Ilustrasi. Petugas medis mengambil sampel spesimen saat swab test virus corona Covid-19 secara drive thru, Senin (6/4/2020)./Antara/Fauzan

Bisnis.com, JAKARTA – Jaringan Penerbangan Indonesia (Japri) menyayangkan kebijakan pengetatan protokol kesehatan bagi penumpang Bali melalui tes uji usap atau PCR H-2 karena mendadak untuk diterbitkan menjelang libur akhir tahun ini dan semestinya sudah mulai diatur pada awal bulan ini.

Pengamat dari Japri Gerry Soedjatman mengatakan kebijakan tersebut juga menjadi bertolak belakang dengan harapan industri penerbangan. Selama ini industri penerbangan telah menyampaikan keberatannya dengan adanya persyaratan uji usap atau PCR yang akan memberatkan penumpang. Tak lain karena tarifnya yang lebih setara atau bahkan lebih mahal dibandingkan dengan tarif tiket pesawat.

Dia menyayangkan kebijakan tersebut hampir sama ketatnya dengan protokol kesehatan perjalanan bisnis di rute internasional. Tak hanya itu, kebijakan berbeda justru diterapkan untuk moda transportasi lainnya seperti darat yang hanya tes rapid antigen.

“Kenapa begini dadakan mestinya dari awal bulan ini. Kenapa juga harus dibedakan dengan moda yang lain yang boleh pakai rapid antigen?” ujarnya, Selasa (15/12/2020).

Gerry mengharapkan dengan kebijakan baru tersebut pemerintah telah mengantisipasi dampaknya ke dalam antrean validasi surat keterangan sehat. Tak hanya itu, lanjut dia pemerintah juga perlu memikirkan apakah fasilitas cepat bagi penumpang yang sudah terlanjur ke bandara dan tidak mengetahui perubahan peraturan tersebut.

“Harus mempertimbangkan potensi kekacauan di bandara dengan penumpang yang tidak tau perubahan,” imbuhnya.

Menurutnya imbas pemerlakukan kebijakan baru tersebut tentunya akan mempengaruhi maskapai dan pihak hotel yang kemungkinan terpaksa harus mengelurkan refund dan reschedule kembali dalam bentuk voucher. Kendati di sisi lain penumpang akan tetap memilih berlibur karena sudah terlanjur membayar tiket dan hotel.

Namun, Gerry berpendapat jangan sampai peraturan ini juga kontraproduktif malah menghasilkan lonjakan kasus yang lebih besar lagi pasca liburan karena wisatawan pekerja wisata, dan penduduk Bali merasa sudah aman karena dibentengi oleh tes PCR dan justru selama liburan menjadi mengabaikan prosedur kesehatan.

Dia menyarankan lebih tepat pemerinta melakukan tes pada saat kedatangan (testing on arrival). Alhasil bagi mereka yang hasil tesnya positif dapat dipindahkan ke resort yang ditunjuk sebagai resort karantina atau isolasi. Sementara bagi mereka yang hasilnya negatif dapat kembali berlibur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini