Bisnis.com, JAKARTA -- Perkembangan proses mega merger anak usaha bank-bank pelat merah masih terus berlanjut. Potensi absennya organisasi masyarakat Muhammadiyah dalam pengembangan Bank Syariah Indonesia diperkirakan memiliki risiko yang perlu dipertimbangkan.
Adapun, Pimpinan Pusat Muhammadiyah akan mengkaji untuk menarik penempatan dana di Bank Syariah Indonesia. Meski, total dana saat ini masih belum dapat dipastikan, tetapi dikabarkan dana Muhammadiyah di Bank Syariah Mandiri mencapai lebih dari Rp6 triliun.
Kajian ini muncul dilatarbelakangi dengan ukuran bank hasil merger yang bakal menjadi bank besar dan masuk ke top 10 bank Tanah Air.
Ketua Bidang Ekonomi PP Muhammadiyah Anwar Abbas mengklaim dana dalam bentuk giro dan deposito merupakan komitmen dari dukungan terhadap kemajuan ekonomi umat dan segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Ahmad Dahlan Jakarta baru-baru ini dikabarkan bersedia menjalankan imbauan untuk menarik dan memindahkan berbagai bentuk simpanan di bank hasil merger, Bank Syariah Indonesia (BSI).
Menanggapi hal tersebut, Senior Faculty LPPI Moch. Amin Nurdin mengatakan dana yang ditempatkan Muhammadiyah memang tidak tergolong signifikan dibandingkan dengan total dana yang telah terhimpun sejauh ini.
Namun, secara bisnis, hal ini tetap akan merugikan bagi perseroan karena tidak hanya kehilangan dana, tetapi juga potensi bisnis yang dari Muhammadiyah.
"Yang bahkan sebenarnya bisnis Muhammadiyah jauh lebih rapi dibandingkan dengan NU. Mereka lebih banyak diperkotaan dan memiliki basis data dan tata kelola lebih baik," katanya.
Amin bahkan memprediksi bisa saja terjadi penarikan dana akan terjadi secara masif, meski tidak akan menggangu likuiditas perseroan.
"Dana tersebut besar kemungkinan akan beralih ke Bank Muamalat yang saat ini cukup gencar mengoptimalkan penghimpunan dan penyaluran dana ke Muhammadiyah," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel