Berbeda dari Proyeksi Bank Dunia Dkk, Proyeksi Ekonomi 2021 Versi LIPI Lebih Pesimistis

Bisnis.com,17 Des 2020, 14:47 WIB
Penulis: Jaffry Prabu Prakoso
Sejumlah pekerja berjalan usai bekerja dengan latar belakang gedung perkantoran di Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (16/4/2020). /ANTARA FOTO-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memproyeksikan pandemi Covid-19 belum menunjukkan tanda mereda di Indonesia. Artinya, pemerintah masih terus bergulat sambil menjaga perekonomian.

Ini karena laju pertumbuhan berada pada angka negatif dan membuat Indonesia mengalami resesi. Sepanjang 2020, diperkirakan ekonomi akan minus.

Kepala Pusat Penelitian LIPI, Agus Eko Nugroho mengatakan bahwa yang menjadi kabar baik adalah Indonesia sudah mengalami pertumbuhan negatif selama 3 kali sejak 1961. Selama itu pula Tanah Air bisa melewatinya.

Kondisi perekonomian pun diperkirakan bakal membaik pada 2021. Pertumbungan akan sangat bergantung pada vaksin Covid-19.

“Ini yang perlu menjadi perhatian pemerintah bagaimana keberadaan vaksin mempengaruhi aspek konsumsi. Jumlah vaksin yang tersedia akan dipengaruhi oleh kemampuan pemerintah untuk melakukan negosiasi dengan produser,” katanya melalui diskusi virtual, Kamis (17/12/2020).

Agus menuturkan bahwa LIPI memiliki simulasi pertumbuhan produk domestik bruto pada 2021. Jika tanpa vaksin, laju ekonomi berkisar 1,57 persen sampai 2,07 persen.

Apabila vaksin tersedia sebanyak 30 persen dari kebutuhan, pertumbuhan di antara 2,99 persen sampai 3,49 persen. Ekonomi di angka 3,21 persen sampai 3,70 persen jika vaksin 50 persen.

Terakhir, pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 3,53 persen sampai 4,03 persen jika ketersediaan vaksin 80 persen.

“Ini lebih rendah dari beberapa prediksi makro ekonomi oleh pemerintah. Oleh karena itu, kebijakan ekonomi dan bagaimana menggerakan ekonomi menjadi faktor yang sangat baik,” jelas Agus.

Berdasarkan proyeksi pertumbuhan berbagai lembaga, Kementerian Keuangan memperkirakan ekonomi Indonesia sebesar 5 persen. IMF sebesar 6,1 persen.

Sementara itu Bloomberg 5,6 persen. World Bank antara 3 persen sampai 4,4 persen. OECD memproyeksi 4 persen. Terakhir ADB 5,3 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini