Bisnis.com, JAKARTA - Menjelang akhir tahun, pertumbuhan kredit belum menampakkan tanda-tanda perbaikan dan justru terkoreksi lebih dalam.
Dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Kamis (17/12/2020), Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan fungsi intermediasi perbankan masih lemah.
"Pertumbuhan kredit pada November masih terkontraksi 1,39 persen yoy, sementara dana pihak ketiga [DPK] tumbuh 11,55 persen yoy," ujarnya.
Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit pada bulan sebelumnya, maka penurunan pada bulan kesebelas lebih dalam. Pada Oktober 2020, penurunan kredit tercatat sebesar 0,47 persen yoy.
Perry menambahkan BI memandang pertumbuhan kredit yang rendah ini disebabkan permintaan dunia usaha yang masih lemah dan juga persepsi risiko oleh perbankan.
Bank Sentral pun melihat pertumbuhan kredit akan meningkat di sektor industri makanan dan minuman, logam dasar, alas kaki, di samping sektor prioritas. Menurut Perry, korporasi dan pelaku UMKM pada sektor-sektor tersebut mulai menunjukkan tanda perbaikan.
"BI akan melanjutkan kebijakan makroprudensial akomodatif dan memperkuat sinergi dengan pemerintah, KSSK, perbankan, dan dunia usaha," ujarnya.
Adapun, sistem keuangan juga masih terjaga meskipun risiko dari berlanjutnya pandemi Covid-19 tetap dicermati. Rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 23,7 persen dan rasio kredit bermasalah (NPL) berada di level 3,15 persen untuk bruto dan 1,03 persen neto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel