Setelah Muhammadiyah, Giliran PBNU Buka Suara Soal Bank Syariah Indonesia

Bisnis.com,18 Des 2020, 09:22 WIB
Penulis: Azizah Nur Alfi
Ketua Tim Project Management Office (PMO) dan juga Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Hery Gunardi (tengah) bersama dengan Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto (kedua kanan), Direktur Hubungan Kelembagaan BNI Sis Apik Wijayanto (kedua kiri), Direktur Utama Bank BRIsyariah Ngatari (kanan) dan Direktur Bisnis Indonesia Financial Group Pantro Pander (kiri) dalam virtual press conference, Selasa (13/10/2020)/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menilai positif proses merger tiga bank syariah BUMN, yakni PT Bank BRIsyariah Tbk., PT Bank BNI Syariah, dan PT Bank Syariah Mandiri.

Sejumlah alasan mendasari dukungan ormas Islam terbesar ini terhadap PT Bank Syariah Indonesia Tbk., nama baru bank hasil merger.

Ketua PBNU Marsudi Syuhud menilai bank hasil merger bisa memberi manfaat besar bagi publik karena memiliki modal dan aset yang besar. Penggabungan tersebut juga menciptakan efisiensi bagi bank-bank yang terlibat, serta secara khusus di industri perbankan syariah.

"Kemudian, diharapkan Bank Syariah Indonesia bisa persebarannya ini merata karena kekuatannya besar. Keberadaannya yang tersebar di berbagai daerah membuat manfaat bank ini bisa dirasakan oleh umat," katanya melalui keterangan resmi, Jumat (18/12/2020).

PBNU menyampaikan harapan agar Bank Syariah Indonesia bisa menjawab segala nada pesimis dan kritis yang ditujukan kepada mereka.

"Memang ada pandangan yang mengkritisi merger ini, yaitu apa bisa bank ini gesit, lincah, untuk menangkap peluang peluang yang besar ini? Nah ketika ada yang mengkritisi ini diharap bisa dijawab oleh Bank Syariah Indonesia,” ujarnya.

Entitas hasil merger juga diharap bisa memiliki fokus serta rencana bisnis yang jelas ke depannya. Bank Syariah Indonesia harus segera menentukan apakah akan fokus melayani nasabah segmen korporat atau ritel.

Marsudi menambahkan Bank Syariah Indonesia harus bisa memiliki fasilitas serta layanan dan produk bertaraf internasional. Hal ini diperlukan agar Bank Syariah Indonesia betul-betul menarik di mata masyarakat dan pasar, serta menjadi solusi bagi nasabah nasional serta global yang membutuhkan berbagai layanan keuangan syariah.

“Tidak boleh kalah dengan fasilitas bank konvensional baik dari segi IT atau layanan internasional. Kan macam-macam itu layanannya, produk-produknya harus lebih menarik dan bisa diterima oleh kebutuhan pasar. Masih banyak produk baru yang bisa dikembangkan oleh Bank Syariah Indonesia pasca merger sehingga bisa menopang model-model transaksi syariah baik nasional atau internasional,” katanya.

Dia menyarankan agar Bank Syariah Indonesia bisa segera meniti kerjasama dengan pemain industri keuangan dan finansial global, untuk memaksimalkan peluang-peluang di pasar keuangan internasional. Bank Syariah Indonesia juga agar tidak gegabah ketika hendak mengambil kebijakan yang terkait Sumber Daya Manusia (SDM) perusahaan.

“Kalau ada rasionalisasi SDM, saya harap dengan kajian yang mendalam sehingga sisi mana yang harus dirasionalkan dan diperlukan. Jangan memberatkan dan jangan sampai tidak adil atas human resource yang ada,” katanya.

Senada, Ketua PBNU Robikin Emhas mengatakan kehadiran bank syariah yang kuat diperlukan Indonesia untuk menjawab kondisi semakin bergairahnya pertumbuhan ekonomi syariah global.

Robikin menilai positif proses penggabungan tiga bank syariah milik negara yang hingga kini masih berjalan. Jika tak ada aral kendala, Bank Syariah Indonesia akan efektif beroperasi per 1 Februari 2021.

“Saya kira bagus merger bank syariah BUMN ini. Bank syariah yang kuat sangat dibutuhkan di tengah makin bergairahnya pertumbuhan ekonomi syariah di berbagai negara, termasuk di Indonesia,” ujarnya.

Bank syariah hasil merger ini digadang memiliki aset total Rp214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp20,4 triliun. Jumlah tersebut menempatkan bank hasil merger masuk daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset, dan TOP 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar.

Entitas hasil merger nanti bernama PT Bank Syariah Indonesia Tbk., dan berstatus sebagai perusahaan terbuka. Berdasarkan susunan pengurus yang sudah ditetapkan, bank hasil merger akan dipimpin oleh Hery Gunardi selaku Direktur Utama. Hery akan didampingi dua Wakil Direktur Utama yakni Ngatari dan Abdullah Firman Wibowo serta 7 pejabat direktur lainnya.

Bank Syariah Indonesia akan melayani seluruh segmen masyarakat dan nasabah, mulai dari kelompok ritel, UMKM, wholesale, dan investor global. Untuk menjangkau pendanaan dan melayani investor global, Bank Syariah Indonesia berencana memiliki kantor representasi di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), setelah beroperasi nanti.

"Selama ini belum ada kami lihat market untuk sukuk global, terutama di middle east. Potensi market ini luar biasa besar," kata Ketua Project Management Office Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN, Hery Gunardi.

“Bank Hasil Penggabungan juga akan terus memberikan dukungan kepada para pelaku UMKM di antaranya melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan melalui produk dan layanan keuangan syariah yang sesuai dengan kebutuhan UMKM baik secara langsung maupun sinergi dengan bank-bank Himbara dan Pemerintah Indonesia,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini