MTI: Indonesia Masih Ditakuti Wisatawan Asing, Kenapa Ya?

Bisnis.com,21 Des 2020, 14:01 WIB
Penulis: Rinaldi Mohammad Azka
Pekerja menggunakan alat pelindung diri saat melayani wisatawan di Hotel Puri Santrian, Sanur, Denpasar, Bali, Kamis (2/7/2020). Pemerintah Provinsi Bali berencana mewajibkan sertifikasi protokol kesehatan COVID-19 pada tatanan normal baru bagi usaha pariwisata dan objek wisata di Pulau Dewata yang akan mulai diverifikasi 3 Juli 2020./Antara-Nyoman Hendra Wibowon

Bisnis.com, JAKARTA - Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menyebut wisatawan asing atau mancanegara (wisman) takut penularan lokal Covid-19 di Indonesia. Hasilnya, wisman seluruh moda pintu masuk internasional anjlok penurunannya.

Ketua Umum MTI Agus Taufik Mulyono menuturkan sejak Februari hingga Desember 2020 pandemi sudah menghantam sektor transportasi terutama terkait kedatangan wisatawan mancanegara.

"Kalau melihat penerbangan di 16 bandara utama ada penurunan 78 persen wisman, di laut 5 pelabuhan utama penurunan 83 persen, kalau di darat di 5 pintu utama via darat ada penurunan hampir 74 persen," paparnya, Senin (21/12/2020).

Lebih lanjut, hasil pengamatan data lapangan terangnya, menunjukan secara umum wisman takut lemahnya pengendalian transmisi lokal di Indonesia terutama di luar area penerbangan, pelabuhan, perkeretaapian maupun angkutan umum lain yang telah menjalankan protokol kesehatan.

Menurutnya, wisman menghindari potensi transmisi lokal karena tidak dapat dikendalikan. Selain itu, di simpul-simpul transportasi kegiatan ekonomi lokal, ini yang membuat wisatawan takut ke Indonesia.

"Secara umum di dalam moda di pesawat, kapal, angkutan umum yg sudah jalankan prokes itu penularannya kecil, dengan catatan patuh. tapi hanya terbatas pesawat atau penerbangan, kereta api, dan kapal atau bus yang sudah jalankan prokes," urainya.

Agus melanjutkan adapun penularan Covid-19 dengan ancaman sedang terdapat pada angkutan intrakota antarmoda, multimoda dan secara umum sudah ada penerapan protokol kesehatan.

"Berikutnya antar zona [kasus tinggi dan rendah], di dalam antarzona terjadi potensi impor Covid terutama perjalanan dari zona tinggi ke zona rendah ini terutama transmisi lokal yang berisiko tinggi ini belum dipisahkan zona tinggi dan rendah," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini